Tepat disamping tembok pagar unit militer C6 di
Rab’ah Adawiyah, Ir. Nashir Abdul Maqshud mendirikan kemah bersama
rekan-rekannya yang menolak kudeta militer.
Sambil meletakkan
handuk basah di kepalanya untuk mengatasi teriknya musim panas, Nashir
tidak pernah berpikir melakukan permusuhan dengan unit militer di
sampingnya. Padahal dua orang sahabat dekatnya termasuk korban kekejaman
militer, dan setiap hari dia merebahkan tubuhnya ke tembok pagarnya.
Kepada
kami, Nashir menunjukkan kamera CCTV yang terpasang di salah satu
gerbang unit militer tersebut, “Hal mudah bagi kami menghancurkan kamera
tersebut, atau paling tidak menutupinya dengan kantung plastik. Tapi
lihatlah, kamernya masih utuh, tidak kami apa-apakan. Karena kami memang
bukan orang yang membahayakan.
Nashir mengaku mengambil fatwa
bahwa berdemonstrasi saat ini lebih afdhal daripada I’tikaf. “Aku ambil
cuti yang setiap tahunnya biasa kugunakan untuk I’tikaf di 10 hari
terakhir Ramadhan. Tapi tahun ini aku ambil fatwa yang mengutamakan
demonstrasi. Apakah orang yang datang ke sini karena mengutamakan
I’tikaf akan merusak fasilitas militer?
Muhammad Ashraf, seorang
dosen bahasa Perancis tinggal satu tenda dengan Nashir, tidak datang
dengan niat I’tikaf. Dia datang begitu pendukung pemerintah sah
mengumumkan untuk berdemonstrasi 40 hari yang lalu.
Asyraf adalah
seorang yang pendiam. Teriknya matahari musim panas tidak merubah
sifatnya itu. Dia bertutur, di awal keberadaannya di Rab’ah, pintu unit
militer itu masih sering terbuka untuk keluar-masuk perwira. Sekarang
tertutup sama sekali. Saat itu tidak ada sama sekali kejadian yang
merusak hubungan dengan militer. Kalau bertemu dan berpapasan dengan
mereka, kami saling hormat dan salam. Karena mereka semua adalah saudara
kami. Militer Mesir dibentuk untuk saling menghormati sesama rakyat
Mesir.
Salah seorang penghuni tenda yang lain, Abu Bakar Thaha,
menyebutkan bahwa sifat militer yang baik tersebut akan menghalangi
usaha musuh-musuh yang menginginkan Mesir mengalami apa yang terjadi di
Suria saat ini. Mereka takkan bisa. Oleh karena itu, sama sekali kami
tidak ingin bersikap memusuhi militer. Kami tidak mau merusak unit
militer tempat kami menyandarkan punggung kami ini. Bangunan ini milik
rakyat. Bukan milik As-Sisi.
Abu Bakar menunjuk ke arah panggung
bertuliskan “Anti Kudeta” seraya mengatakan, di atas panggung itu kami
memuji militer Mesir. Yang kami kritik adalah para pemimpin mereka yang
telah membawa Mesir kepada keadaan tidak menentu.
Panitia
demonstrasi sengaja mendirikan panggung itu menghadap ke unit militer C6
dan lebih tinggi dari temboknya, supaya kami bisa menyampaikan
pesan-pesan cinta kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar