Syeikh Yusuf Qaradawi, ketua persatuan ulama muslimin dunia,
menyebutkan bahwa Mursi adalah presiden yang sah, karena terpilih secara
mayoritas. Oleh karena itu, yang tepat disebut sebagai khawarij adalah
orang-orang yang melawan dan tidak menaati beliau. Sedangkan orang
seperti mantan mufti Syeikh Ali Jumah, tepat disebut sebagai “hamba
penguasa dan polisi”, dan bukan seorang mufti.
Dalam program
“Asy-Syari’ah wal Hayah” yang disiarkan televisi Aljazeera hari Ahad 25
Agustus kemarin, Qaradawi menyebut kejadian pada 3 Juli adalah kudeta
militer atas seorang presiden yang dipilih dengan kehendak rakyat.
Setelah mengkudeta presiden, militer juga membatalkan konstitusi, ini
adalah hal yang tidak diperbolehkan.
Beliau menyebutkan bahwa
orang yang melawan pemerintah pilihan rakyat itulah yang pantas disebut
sebagai khawarij yang harus dilawan oleh seluruh rakyat. Oleh karena
itu, pendapat orang seperti Ali Jumah tidak perlu dijadikan sebagai
pegangan. Karena beliau bukanlah seorang ulama. Beliau adalah seorang
sufi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan ulama. Syeikh Qaradawi
menasihati Ali Jumah untuk mengarahka fatwanya kepada As-Sisi, agar
tidak melawan Presiden Mursi.
Menanggapi tuduhan bahwa Ikhwan
menggunakan senjata, beliau menekankan bahwa semua demonstrasi menentang
kudeta selalu dilakukan dengan damai. Militerlah yang menghadapi mereka
dengan senjata, dan membantai para demonstran.
Menurut beliau,
Presiden Mursi-lah yang telah bersikap demokratis ketika memberikan
kebebasan seluas-luasnya para demonstran 30 Juli, asalkan tidak
membatalkan hasil-hasil pemilu.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/28/38598/syeikh-qaradawi-pendukung-kudetalah-yang-khawarij/#ixzz2dQHCBSeW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar