Kamis, 29 Agustus 2013

Tuntutan Pencabutan Kewarga-negaraan Pimpinan Kudeta

Dr. Hamid Shidiq, seorang peneliti di Pusat Studi Sosial dan Pidana, mengajukan tuntutan untuk mencabut kewarga-negaraan beberapa orang pimpinan kudeta, di Pengadilan Tata Usaha Negara, Kairo.
Di antara pimpinan kudeta yang dituntut adalah As-Sisi (menteri pertahanan), Adly Mansur (presiden sementara), dan Muhammad Ibrahim (menteri dalam negeri)
Dalam tuntutan tersebut, dikatakan bahwa As-Sisi dilahirkan dari seorang ibu berdarah Yahudi Maroko bernama Malikah Titani yang dilahirkan di Maroko. Dia menanggalkan kewarga-negaraan Maroko demi mendapatkan kewarga-negaraan Mesir pada tahun 1958.
Dalam surat tuntutan bernomor 67434 tersebut dikatakan juga bahwa ibu kandung Adly Mansur adalah seorang wanita berkewargaa-negaraan Amerika.
Sedangkan Muhammad Ibrahim telah menculik Presiden Mursi dan memaksanya untuk mengundurkan diri, padahal tidak ada surat perintah penggulingan presiden yang dikeluarkan dewan tinggi militer. Kalau memang ada sebuah keputusan penggulingan, surat tersebut harus diterbitkan dalam sebuah surat kabar resmi.

KTT (Kebohongan Tingkat Tinggi)

Berbohong, walaupun kecil, sudah termasuk dosa besar. Bahkan berbohong termasuk dosa yang paling dekat dengan kekafiran. Allah swt. berfirman “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” [An-Nahl; 105].
Semakin besar isi dan akibatnya maka semakin besar dosanya. Rasulullah saw. Bersabda, “Ada tiga orang yang tidak disucikan, tidak dilihat oleh Allah swt. dan mendapatkan siksaan yang pedih di hari kiamat: orang tua yang berzina, raja yang berbohong, dan penanggung yang sombong.”
Jika orang yang berbohong adalah seorang raja atau pemimpin negara, maka kebohongannya akan membahayakan seluruh rakyatnya. Jabatannya pun menjadi hina. Kebohongan seorang yang berkuasa berbeda dengan kebohongan orang lemah yang mengkhawatirkan dirinya; berbeda dengan kebohongan antar personal. Bahaya kebohongan seseorang sesuai dengan kedudukannya.
Ketika kebohongan itu dilakukan kepada hak, nyawa, kehormatan, dan kebebasan orang lain, maka hal itu disebut sebagai kesaksian palsu. Rasulullah saw. Menggolongkan kesaksian palsu termasuk dosa yang paling besar, jika hal itu merugikan orang lain, walaupun satu orang saja. Bagaimana kiranya jika kebohongan itu merugikan ribuan, ratusan ribu, atau bahkan jutaan orang, tentu tidak bisa dibayangkan dosanya.
Saat ini banyak sekali tuduhan bohong yang diarahkan kepada Ikhwanul Muslimin. Misalnya tuduhan bahwa mereka adalah kelompok teroris. Penguasa Mesir saat ini memberantas jamaah ini dengan dalih memerangi teroris. Para penguasa Saudi pun melakukan hal yang sama. Bahkan mereka mengerahkan apa saja untuk memerangi Ikhwan. Di Suriah, penguasa menindas mereka sejak beberapa dekade yang lalu. Penguasa Emirates bahkan bersumpah akan menghabisi jamaah ini dengan segenap yang mereka miliki. Belum lagi, orang-orang biasa; seperti wartawan, dan lawan politik dari partai lain. Semuanya menebar tuduhan bohong bahwa Ikhwan adalah kelompok teroris.
Padahal puluhan orang Ikhwan dari Mesir, Suriah, dan lainnya, yang telah membangun negara-negara Teluk. Ada guru, dosen, dokter, perawat, hakim, teknisi, konsultan, dan juga para pengusaha. Sudah sejak setengah abad yang lalu, orang-orang Ikhwan di Saudi dan Emirates seperti itu, dan tidak ada yang menuduh mereka sebagai teroris. Kenapa hari-hari ini, mereka tiba-tiba dituduh sebagai teroris? Tidak tanggung-tanggung, yang menuduh mereka adalah para raja dan penguasa. Seakan mereka berkata kepada As-Sisi, “Bunuhlah, kami yang mendanai. Bereskan mereka, dan engkau minta apa saja kepada kami.”
Karena ditindas penguasa, banyak kader Ikhwan yang menyebar ke seluruh dunia. Baik di dunia Arab, Eropa, maupun Amerika. Mereka adalah tokoh-tokah yang sudah terkenal, baik kepribadian, lembaga, maupun proyek-proyek mereka. Bagaimana mungkin saat ini kita dipaksa oleh para penguasa itu untuk mempercayai bahwa mereka adalah anggota kelompok teroris yang berbuat kekerasan, membunuh, dan sebagainya?
Semua orang akhirnya mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan mereka menuduh Ikhwan demikian. Para penguasa itu sedang memerangi kebebasan dan kehendak rakyatnya. Mereka memerangi kebangkitan dan kemajuan negara mereka. Mereka memerangi prototype pemerintahan yang baik. Sebentar lagi kedok mereka pasti akan tersingkap semuanya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/28/38638/ktt-kebohongan-tingkat-tinggi/#ixzz2dQXDW61c

Demonstrasi Tahun 1954, Sebuah Pelajaran Bagi Demokrasi Mesir

Pada tahun 1954, terjadi demonstrasi besar-besaran menolak kudeta militer yang dilakukan oleh Gamal Abdel Naser. Untuk membubarkan demonstran, lahirlah sebuah inisiatif solusi hasil kesepakatan antara Gamal dan Syeikh Abdul Qadir ‘Audah.
Isi inisiatif tersebut adalah akan segera melaksanakan pemilu secapatnya, dan tidak akan ada penangkapan terhadap para demonstran setelah mereka pulang ke rumah masing-masing.
Namun setelah demonstrasi dibubarkan, dan semua orang pulang ke rumah masing-masing, apa yang dilakukan militer? Mereka menangkap lebih dari 18 ribu orang dalam satu malam. Selain itu, Syeikh Abdul Qadir ‘Audah, Sayyid Qutb, dan Syeikh Farghali dihukum gantung.
Bukan hanya itu, sekitar 160 ribu orang dimasukkan penjara militer. 30 ribu orang di antaranya meninggal karena siksaan.
Pada tahun 1967 Mesir mengalami kekalahan perang yang sangat memilukan. Kebanyakan pengamat menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah karena militer berpolitik.
Kini Militer Mesir kembali berpolitik, dan penghianatan terhadap konstitusi yang sah sudah dimulai. Akankah sejarah kembali berulang?

Rakyat Takkan Biarkan Mesir Menjadi Negara Polisi

Aksi penangkapan para tokoh penentang kudeta beberapa hari terakhir ini ditanggapi ringan oleh pihak Koalisi Nasional. Jihad Al-Haddad, salah seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin, menekankan bahwa rakyat Mesir tetap akan melanjutkan perlawanannya menolak kudeta. Mereka tidak akan membiarkan Mesir menjadi negara polisi.
Dalam akun twitternya Sabtu, 24 Agustus kemarin, beliau menanggapi bahwa walaupun para tokoh penentang kudeta ditangkapi, hal itu tidak akan menyurutkan perjuangan mereka. Karena rakyatlah yang memimpin revolusinya sendiri. Bukan tokoh atau elit politik tertentu.
Beliau melanjutkan, “Revolusi kami jelas. Target kami jelas. Konflik kami adalah menuntut keadilan. Tekad kami kuat. Selama jantung kami masih berdetak, kami takkan membiarkan berdirinya negara polisi, atau mendiamkan rejim militer menguatkan sendi-sendinya.”
Memang Jumat kemarin, masih banyak aksi demonstrasi di berbagai propinsi, tak terkecuali Kairo. Setidaknya ada 35 titik untuk memulai konvoi massa yang berkeliling kota. Massa tersebut berkumpul di beberapa masjid yang sudah ditentukan, sekaligus untuk melaksanakan shalat Jumat. Tanpa tokoh pun aksi demonstrasi tetap terlaksana. Jumlah pesertanya pun tidak berkurang walaupun ancaman kematian terus saja membayangi mereka.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/25/38507/rakyat-takkan-biarkan-mesir-menjadi-negara-polisi/#ixzz2dQV6JlHC

Rakyat Takkan Biarkan Mesir Menjadi Negara Polisi

Aksi penangkapan para tokoh penentang kudeta beberapa hari terakhir ini ditanggapi ringan oleh pihak Koalisi Nasional. Jihad Al-Haddad, salah seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin, menekankan bahwa rakyat Mesir tetap akan melanjutkan perlawanannya menolak kudeta. Mereka tidak akan membiarkan Mesir menjadi negara polisi.
Dalam akun twitternya Sabtu, 24 Agustus kemarin, beliau menanggapi bahwa walaupun para tokoh penentang kudeta ditangkapi, hal itu tidak akan menyurutkan perjuangan mereka. Karena rakyatlah yang memimpin revolusinya sendiri. Bukan tokoh atau elit politik tertentu.
Beliau melanjutkan, “Revolusi kami jelas. Target kami jelas. Konflik kami adalah menuntut keadilan. Tekad kami kuat. Selama jantung kami masih berdetak, kami takkan membiarkan berdirinya negara polisi, atau mendiamkan rejim militer menguatkan sendi-sendinya.”
Memang Jumat kemarin, masih banyak aksi demonstrasi di berbagai propinsi, tak terkecuali Kairo. Setidaknya ada 35 titik untuk memulai konvoi massa yang berkeliling kota. Massa tersebut berkumpul di beberapa masjid yang sudah ditentukan, sekaligus untuk melaksanakan shalat Jumat. Tanpa tokoh pun aksi demonstrasi tetap terlaksana. Jumlah pesertanya pun tidak berkurang walaupun ancaman kematian terus saja membayangi mereka.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/25/38507/rakyat-takkan-biarkan-mesir-menjadi-negara-polisi/#ixzz2dQV6JlHC

Pengamat Zionis: Ada Airmata Darah Bila Kudeta Gagal

Seorang pakar tentang Yahudi, Dr. Shalih Nu’amy mengumpulkan banyak pengakuan para pengamat Yahudi yang membuktikan adanya kaitan erat antara Yahudi dan kudeta yang dilakukan oleh As-Sisi.
Di antaranya, pengakuan yang dikatakan oleh Dan Marglet, seorang jurnalis senior di surat kabar Israel Today. Beliau mengatakan, “Kami bangsa Yahudi akan menangis airmata darah bila membiarkan kudeta gagal dan Ikhwan kembali berkuasa.”
Dalam artikelnya, Marglet beralasan bahwa  jika ada beberapa negara bergerak memusuhi pemerintahan baru di Mesir, dan akhirnya Ikhwan kembali berkuasa, maka saat itu bangsa Yahudi harus mengambil tindakan yang impossible untuk mencegah hal itu terjadi. Karena kalau benar-benar terjadi, Ikhwan pasti akan segera membalas dendam kepada kami. Mereka tahu persis bahwa Tel Aviv terlibat dalam kudeta ini.
Marglet, yang dekat dengan Benyamin Netanyahu ini, mengatakan bahwa As-Sisi saat ini terlihat membabi-buta karena dia merasa akan segera gagal. Saat inilah waktunya bagi kami mengerahkan segala daya upaya untuk mendukung dan menguatkan posisinya. Ini adalah hidup-mati bagi kami.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/21/38346/pengamat-zionis-ada-airmata-darah-bila-kudeta-gagal/#ixzz2dQQOdTOm

Nasihat Aisyah Kherat Syathir kepada Akhawat Mesir

Aksi pengangkapan yang dilakukan militer pengkudeta sungguh sudah sangat menggila. Belasan ribu orang sudah dijebloskan ke penjara. Bahkan saat, mereka sudah tidak malu dan ragu lagi menangkapi kaum wanita.
Oleh karena itu, Aisyah, puteri Kherat Syathir, wakil Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin menuliskan sebuah nasihat dan wasiat kepada sesama muslimah di Mesir, seperti dimuat dalam situs ansarportsaid pada hari Rabu 28 Agustus:
“Aku berwasiat kepada diriku sendiri dan juga kepada akhawat sekalian untuk berpakaian lengkap dan berhijab ketika berada di dalam rumah, walaupun engkau sedang tidur. Kapan saja mereka bisa mendatangi kita.
Sama saja engkau tutup pintu rumahmu atau engkau biarkan terbuka. Sekarang sudah jamannya orang masuk rumah orang lain tanpa ijin.
Siapkanlah tas berisi pakaian dan kebutuhanmu untuk saat engkau ditangkap. Sama seperti biasanya engkau menyiapkannya untuk ayahmu saat dia ditangkap. Jangan lupa engkau siapkan senjatamu untuk engkau gunakan di dalam penjara nanti, yaitu mushaf Al-Qur’an.
Gantunglah selembar kertas atau apa pun yang bisa jelas dilihat, dan tulislah “Di negeriku, semua nilai telah hilang.”
Sejak sekarang berbicaralah kepada anak dan adik-adikmu yang masih kecil tentang kemungkinan engkau ditangkap. Berilah mereka pemahaman bahwa kalaupun hanya mereka yang tersisa di luar penjara, mereka harus melanjutkan jalan perjuangan. Beginilah perjalanan dakwah, kalau ayah sudah tidak bisa, maka anak-anaknya; kalau anak-anaknya sudah tidak bisa, maka bocah-bocah kecilnya.
Mintalah mereka berjanji untuk melanjutkan perjuangan, hingga tanah air ini kembali lagi kepada pangkuan rakyat.
Tinggalkanlah mereka dengan penuh harapan akan berjumpa lagi. Kalau tidak di atas bumi, maka pasti akan berjumpa di langit.
Keluarlah dari rumah dengan seraya memekikkan takbir kemenangan. Allah swt. lah yang akan memberikan kemenangan itu kepada kita.
Maka, kitalah wanita-wanita yang merdeka; sedangkan mereka (pengkudeta) sejatinya hanyalah budak sahaya.”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/30/38701/nasihat-aisyah-kherat-syathir-kepada-akhawat-mesir/#ixzz2dQPCar7n

Pesan Beltagi Sebelum Ditangkap

Dr. Muhammad Beltagi mengajak para penentang kudeta untuk tetap meyakini pertolongan Allah swt., dan meyakini hak mereka sebagai rakyat Mesir. Hal itu beliau sampaikan melalui rekaman video yang ditayangkan televisi Aljazeera, Selasa 27 Agustus yang lain.
Beliau menekankan, “Kita tidak sedang memperjuangkan kepentingan partai dan jabatan. Kita sedang memperjuangkan kebenaran, yaitu hak seluruh rakyat Mesir untuk hidup merdeka dan mulia tanpa harus ada yang mendiktenya baik dari dalam maupun luar negeri.”
Menurut beliau, demonstrasi Rab’ah telah diembargo secara media, dan akhirnya dibubarkan dengan paksa. Pembantaian keji telah mereka lakukan dengan korban jiwa ribuan orang. Tapi hal itu hanya memunculkan simbol Rab’ah (empat jari) yang melambangkan keteguhan, kemuliaan, dan keberanian menghadapi orang-orang dhalim, menyebar ke seluruh dunia.
Beliau juga menyebutkan firman Allah swt.: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” [Ali Imran; 139]. “Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah  kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” [Ali Imran; 146].
Beliau menekankan bahwa putus asa bukanlah sifat seorang yang beriman. Orang yang beriman selalu meyakini pertolongan Allah swt. Ingatlah selalu perkataan Nabi Musa as. ketika kaumnya merasa sudah tidak berdaya: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Setelah itu, beliau menyebutkan ujian-ujian yang menimpa keluarganya. Kepada keluarganya, beliau meminta untuk bersabar dan mengharapkan pahalanya di sisi Allah swt. Beliau mengatakan bahwa ketika membunuh Asmaa, militer ingin menghapus nama Asmaa selamanya. Ternyata Allah swt. berkehendak lain, nama Asmaa sekarang dikenal di seluruh dunia, didoakan di masjid-masjid, tak terkecuali Masjidil Aqsha hingga Masjidil Haram.
Beliau mengakhiri pembicaraan tersebut dengan meluruskan beberapa peristiwa yang telah disalah-beritakan secara sengaja oleh media pendukung kudeta. Misalnya tentang tuduhan adanya Ikhwan menembaki massa dari atas menara masjid Al-Fatah, padahal itu adalah personil militer yang diturunkan dari helikopter.
Demikian juga kebakaran yang terjadi di gedung Muqawilun, Ikhwan juga yang dituduh membakarnya. Padahal direktur BUMN tersebut menyaksikan bahwa kebakaran terjadi di lantai atas, kalau Ikhwan yang membakarnya tentu akan terjadi di lantai dasar karena mereka berada di bawah. Yang menyebabkan kebakaran adalah roket yang diluncurkan dari pesawat militer.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/30/38704/pesan-beltagi-sebelum-ditangkap/#ixzz2dQNsNYnZ

Beltagi Ditangkap Polisi di Giza

Kepolisian Giza berhasil menangkap salah seoran pimpinan Ikhwanul Muslimin Muhammad Al-Beltagi, hari ini, Kamis 29 Agustus.
Mayjend Hani Abdullatif, juru bicara resmi Depdagri menyebutkan bahwa Beltagi ditangkap di daerah Tarsa, propinsi Giza. Operasi penangkapan berhasil setelah kepolisian khusus melakukan penelusuran terhadap beliau.
Saat ditangkap, Beltagi sedang bersama dengan Khalid Al-Azhari (mantan menteri tenaga kerja) dan Gamal Al-Asyri (pimpinan Ikhwan).
Tampak dalam foto, Beltagi tersenyum tenang, sedangkan polisi yang menangkapnya menunjukkan isyarat kemenangan.
Dalam foto kedua, Beltagi menunjukkan tanda kemenangan Rab’ah yang sudah sangat popular di seluruh dunia saat ini.
Dengan demikian, semakin panjang daftar tokoh dan pimpinan kelompok rakyat yang mendukung Presiden Mursi dan menentang kudeta. Bahkan saat ini, aksi penangkapan juga mengenai kaum wanita. Kebanyakan pengamat meyakini walaupun sudah lebih dari 10 ribu orang yang ditangkap, aksi demonstrasi besar-besaran Jumat besok akan sangat besar dan bisa menjatuhkan kudeta.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/29/38699/breaking-news-beltagi-ditangkap-polisi-di-giza-2/#ixzz2dQMLLPpf

Fisk: As-Sisi Akan Disingkirkan

Ada beberapa perwira dalam jajaran pimpinan militer Mesir membuat rencana untuk mengorbankan As-Sisi di saat kondisi di Mesir sudah tidak bisa dikendalikan lagi.  Bertahannya As-Sisi hanya akan menambah daftar panjang korban jiwa. Demikian dikatakan Robert Fisk, wartawan senior surat kabar Inggris The Independent, 26 Agustus yang lalu.
Pengamat khusus untuk politik Timur Tengah ini mengatakan bahwa hal ini banyak ditentang pimpinan militer. Bahkan ada dua pimpinan penting di militer mengajukan pengunduran diri, karena meyakini kudeta akan berakhir dalam waktu dekat. Pengunduran diri tersebut tentu ditolak oleh As-Sisi.
Wartawan yang dikenal dekat dengan penguasa Arab ini mengatakan bahwa telah terjadi percekcokan antara As-Sisi dan panglima Garda Republik. Dan panglima tersebut sudah mulai melakukan komunikasi dengan beberapa pemimpin Timur Tengah.
Pertemuan terakhir antara As-Sisi dan para perwira, yang dinilai banyak kalangan adalah hasil fabrikasi, hanyalah untuk menunjukkan bahwa militer masih solid setelah banyak pihak merasakan turunnya tingkat penerimaan militer terhadap As-Sisi.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/30/38707/fisk-as-sisi-akan-disingkirkan/#ixzz2dQLb9rzM

Perusahaan Dunia Mulai Berkemas Tinggalkan Mesir

Kantor Berita Lail Nahar memberitakan pada Rabu 21 Agustus 2013, bahwa banyak perusahan raksasa dunia mulai berkemas meninggalkan Mesir. Hal itu menyusul terjadinya serangkaian pembantaian yang dilakukan militer bersama preman pendukungnya terhadap para demonstran penentang kudeta.
Di antara perusahaan yang menutup kantor dan memulangkan para pegawainya adalah General Motors (Amerika), Shell (Inggris), dan Total (Perancis).
Perusahaan Boeing Construction memulangkan keluarga pegawainya ke Paris.
Vinci Group yang sedang menjalankan proyek pembangunan metro subway koridor ketiga juga memulangkan para pegawai ke negara masing-masing.
Sebuah perusahaan tourisme Jerman membatalkan semua perjalanannya hingga tanggal 15 September. Hal itu setelah pemerintah Jeman memberikan peringatan kepada seluruh rakyatnya untuk tidak berwisata di Mesir, khususnya Laut Merah.
Seorang juru bicara perusahaan Lafarge menyatakan kepada France Press, mereka mengawasi kondisi di Mesir dengan seksama. Telah disepakati juga proses dan mekanisme penyelamatan. Mereka sungguh berhati-hati dan dan terus memperhatikan perkembangan yang terjadi.
Perusahaan telekomunikasi dari Perancis Orange juga telah menyiapkan segala kebutuhan keamanan untuk 6000 pegawainya di Mesir. Terutama untuk perusahaan Mobinil yang menjadi anak perusahaannya. Bahkan mereka dianjurkan untuk bekerja di rumah masing-masing.
Tidak mengherankan jika ekonomi Mesir terus mengalami terjun bebas mulai bulan Juli yang lalu. Pergerakan tourisme bisa dikatakan mati; banyak perusahaan tutup; dan tidak ada investasi baru yang masuk.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/22/38360/perusahaan-dunia-mulai-berkemas-tinggalkan-mesir/#ixzz2dQL3cDcC

Tanggal 30 Agustus Mendatang Hari Bersejarah bagi Mesir

Ir. Hatim Azzam, salah seorang pimpinan Koalisi Anti Kudeta menyebutkan bahwa tanggal 30 Agustus mendatang akan tercatat dalam sejarah Mesir. Hari Jumat depan akan menjadi sesuatu yang berbeda dalam menentang kudeta militer di Mesir.
Hal itu beliau sebutkan dalam dialog di televisi Aljazeera Mubsher Senin, 26 Agustus kemarin. Lebih lanjut beliau menyebutkan, “Kalau memang semua demonstran berasal dari Ikhwan, seharusnya setelah semua pimpinan Ikhwan ditangkap tidak ada lagi demonstrasi di jalan-jalan Mesir. Masih adanya demonstrasi hari-hari ini menunjukkan bahwa yang berdemo bukan Ikhwan, tapi rakyat Mesir secara umum.”
Tentang aksi penangkapan kepada para aktifis, beliau menyebutkan, penguasa kudeta telah melakukan aksi penangkapan besar-besaran. Jumlah yang ditangkap hingga saat ini lebih dari 10 ribu orang. Ada rumor mengatakan bahwa para tahanan yang meninggal dunia di dalam mobil tahanan, dibunuh karena tidak ada lagi tempat bagi mereka di penjara.
Selain itu, kondisi ekonomi Mesir sudah semakin parah. Beliau menuturkan, tindakan penguasa saat ini sangat membahayakan Mesir, bahkan untuk jangka panjang. Hal inilah yang bisa dipahami dari dikuranginya “jam malam”, karena satu jam saja bisa mengakibatkan kerugian satu milyar pounds. Sedangkan Saudi dan Emirates takkan bisa selamanya mengucurkan dananya ke Mesir.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/28/38623/tanggal-30-agustus-mendatang-hari-bersejarah-bagi-mesir/#ixzz2dQKT96e3

Syeikh Qaradawi: Pendukung Kudetalah yang Khawarij

Syeikh Yusuf Qaradawi, ketua persatuan ulama muslimin dunia, menyebutkan bahwa Mursi adalah presiden yang sah, karena terpilih secara mayoritas. Oleh karena itu, yang tepat disebut sebagai khawarij adalah orang-orang yang melawan dan tidak menaati beliau. Sedangkan orang seperti mantan mufti Syeikh Ali Jumah, tepat disebut sebagai “hamba penguasa dan polisi”, dan bukan seorang mufti.
Dalam program “Asy-Syari’ah wal Hayah” yang disiarkan televisi Aljazeera hari Ahad 25 Agustus kemarin, Qaradawi menyebut kejadian pada 3 Juli adalah kudeta militer atas seorang presiden yang dipilih dengan kehendak rakyat. Setelah mengkudeta presiden, militer juga membatalkan konstitusi, ini adalah hal yang tidak diperbolehkan.
Beliau menyebutkan bahwa orang yang melawan pemerintah pilihan rakyat itulah yang pantas disebut sebagai khawarij yang harus dilawan oleh seluruh rakyat. Oleh karena itu, pendapat orang seperti Ali Jumah tidak perlu dijadikan sebagai pegangan. Karena beliau bukanlah seorang ulama. Beliau adalah seorang sufi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan ulama. Syeikh Qaradawi menasihati Ali Jumah untuk mengarahka fatwanya kepada As-Sisi, agar tidak melawan Presiden Mursi.
Menanggapi tuduhan bahwa Ikhwan menggunakan senjata, beliau menekankan bahwa semua demonstrasi menentang kudeta selalu dilakukan dengan damai. Militerlah yang menghadapi mereka dengan senjata, dan membantai para demonstran.
Menurut beliau, Presiden Mursi-lah yang telah bersikap demokratis ketika memberikan kebebasan seluas-luasnya para demonstran 30 Juli, asalkan tidak membatalkan hasil-hasil pemilu.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/28/38598/syeikh-qaradawi-pendukung-kudetalah-yang-khawarij/#ixzz2dQHCBSeW

Wasiat Teraneh di Dunia

Salah seorang korban luka yang sedang dievakuasi oleh seorang demonstran yang lain yang terjadi saat militer dan polisi membantai demonstran di Rab’ah 14 Agustus yang lalu. Gambar dapat Anda lihat pada laman sumber.
Korban terluka bernama Muhammad Utsman. Berasal dari kota Abul Mathamir, propinsi Buhaira. Beliau adalah pengantin baru, umurnya 27 tahun, hafal Al-Qur’an, dan berasal dari keluarga ulama.
Wajih shabah, guru bahasa Arab dari desa yang sama menyampaikan kesaksiannya, “Muhammad Utsman terkena peluru pada pembantaian di Rab’ah. Maka ada seorang demonstran lain yang berusaha mengevakuasinya. Tapi sniper kudeta dengan tanpa ampun menembak orang yang menolong itu juga. Sehingga banyak orang memberi judul “syahid membopong syahid”.
Begitu terjatuh dari orang yang membawanya, Utsman memanggilku dengan histeris. Dia berusaha sekuat tenaga membisikkan sebuah wasiat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Anehnya, yang beliau bisikkan bukan wasiat menitipkan orangtua dan isterinya. Wasiatnya, “Aku berhutang pulsa 3 pounds kepada vodafone. Tolong kamu bayarkan ya…” Vodafone adalah sebuah perusahaan jaringan telepon selular.
Ketakwaanlah yang membuat syahid ini mengingat hutang pulsanya yang tidak mencapai setengah dollar itu. Padahal media-media Mesir menyebarkan isu bahwa demonstran Rab’ah berdemo karena dibagi-bagi uang.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/29/38654/wasiat-teraneh-di-dunia/#ixzz2dQGQg4wz

Perang Roti di Asyuth, 3 Orang Meninggal

Kantor berita Lail Nahar memberitakan terjadinya pertengkaran yang berubah menjadi aksi bersenjata di daerah Abdul Ilah, Asyuth, Rabu 28 Agustus kemarin.
Pertengkaran itu terjadi setelah meningkatnya krisis roti di berbagai propinsi di Mesir. Masyarakat sangat kesulitan mendapatkan roti yang menjadi makanan pokok mereka sehari-hari. Ketika antrian di pabrik roti memanjang, saat itulah terjadi pertengkaran tentang siapa yang berhak mengambil roti lebih dulu.
Karena banyak rakyat di Asyuth bersenjata api, pertengkaran mulut berubah menjadi penembakan. Dua orang kakak beradik meninggal dalam peristiwa tersebut. Satu meninggal di tempat, dan yang kedua meninggal karena terluka parah. Keluarga korban pun akhirnya melakukan balas dendam dengan menembak pelaku pembunuhan. Hingga jumlah korban menjadi 3 orang meninggal. Mereka adalah Muhammad Ahmad, Yunus Ahmad, dan Abdul Basith Sulaiman.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/29/38648/perang-roti-di-asyuth-3-orang-meninggal/#ixzz2dQEO4uZm

Beginilah Pemerintah Kudeta Susahkan kehidupan Rakyat Mesir

Dalam setahun Presiden Mursi memimpin, telah banyak prestasi yang dirasakan rakyat Mesir. Semua prestasi itu diraihnya di tengah gelombang kritikan, demonstrasi, dan upaya menjelek-jelekkan beliau. Selama setahun itu, setidaknya ada 50 kasus menjelek-jelekkan beliau; 13530 kali demonstrasi; 24 kali ajakan demonstrasi besar-besaran.
Di tengah pusaran badai itu, Presiden Mursi bisa menjaga cadangan mata uang asing; memperluas cakupan asuransi kesehatan dan sosial hingga lebih dari 5 juta orang; menghapus pinjaman petani kecil; menurunkan harga sembako; mendatangkan ratusan milyar dana investasi asing.
Kini, pemerintah kudeta bentukan As-Sisi telah menghancurkan semuanya dalam waktu kurang dari 2 bulan. Bahkan sekarang semua orang tahu bahwa kudeta hanyalah mementingkan segelintir orang koruptor yang telah lama hidup dengan uang hasil merampok negara.
Dulu Presiden Mursi berhasil memperkecil jumlah hutang negara, kini pemerintahan Bablawi menambah hutang US$ 176 Milyar
Di masa Presiden Mursi, investasi asing mencapai US$ 181 Milyar, kini berhenti sama sekali, bahkan banyak sekali perusahan asing yang telah tutup.
Sektor pariwisata naik 10% di masa Presiden Mursi, kini kebanggaan dan tulang punggung Mesir ini lumpuh.
Di masa Presiden Mursi, tidak ada pasar gelap penjualan tepung (bahan roti, makanan pokok rakyat Mesir), kualitas roti meningkat, roti diantar ke rumah penduduk, dan tidak ada antrean.
Sekarang pasar gelap tepung mulai ramai sehingga harga tepung melonjak, sudah tidak ada lagi layanan antar ke rumah, sehingga mulailah terlihat antrean panjang berdesak-desakan di depan pabrik roti. Bahkan aksi rebutan roti di Asyuth mengakibatkan 3 orang korban meninggal dunia.
Pemerintah Mursi dulu mengagendakan program swasembada gandung. Hal itu dengan menggalakkan petani menanamnya, dan pemerintah membelinya. Gandung rakyat saat itu sudah terbeli hingga 9 milyar pounds.
Saat ini, penguasa kudeta menghancurkan semua impian swasembada gandum. Belum lama ini, kudeta mengumumkan akan mengimpor gandung besar-besaran dari Ukraina. Padahal semua orang tahu, gandum Ukraina bukanlah untuk konsumsi manusia, tapi untuk pakan binatang ternak.
Berikut perbandingan harga sembako dan buah-buahan; di masa Presiden Mursi dan sekarang.
Di masa Presiden Mursi:
-          1 kg bawang merah: 1 pound
-          1 kg bawang putih: 3 pound
-          1 kg tomat: 1 pound
-          1 kg kentang: 1 pound
-          1 kg timun; 1.5 pound
-          1 kg manga: 5 pound
-          1 kg jambu: 1.5 pound
Di masa kudeta:
-          1 kg bawang merah: 4 pound
-          1 kg bawang putih: 10 pound
-          1 kg tomat: 3 pound
-          1 kg kentang: 6 pound
-          1 kg timun; 5 pound
-          1 kg manga: 15 pound
-          1 kg jambu: 4 pound

Senin, 26 Agustus 2013

Ikhwan Teroris? Apa Kata Dunia?

Untuk bisa menghentikan aksi penentang kudeta dengan cara represif, militer selalu mengatakan bahwa para demonstran, terutama Ikhwan, adalah kelompok teroris bersenjata. Bukti-bukti fabrikasi tentang senjata Ikhwan sudah menyebar di berbagai media.
Namun tuduhan seperti ini sangat jauh dari penerimaan masyarakat Mesir. Misalnya, Dr. Salim Awwa, seorang pakar hukum tata negara, mengatakan tuduhan itu sungguh sangat jauh dari kebenaran. Tidak layak untuk dibantah.
Menurut Awwa, dirinya bukanlah seorang Ikhwan. Bahkan menjadi pesaingnya dalam pilpres yang lalu. Tapi aku membantah, Ikhwan tidak mungkin beraksi anarkis, membakar gereja, menyiksa rakyat Mesir, atau menyimpan senjata. Semua itu adalah tuduhan yang menyesatkan.
Banyak aktifis media menafikan tuduhan tersebut. Misalnya sebuah alasan tidak bisanya membayangkan jika Ikhwan bersenjata. Kader Ikhwanul Muslimin sangat banyak. Perkiraan terkecil, jumlah kader inti mereka 700 ribu hingga satu juta orang. Belum lagi dengan kader pendukung, simpatisan, dan keluarga mereka. Bisa sangat besar.
Bayangkan jika jumlah tersebut membawa senjata, apa yang tergambar? Militer Mesir yang terlihat sangat besar saja hanya berjumlah 479 ribu personil saja. Jadi bisa dikatakan, jumlah pasukan militer hanya separoh jumlah “pasukan Ikhwan”. Bisa dibayangkan, begitu mengerikannya?
Lalu, apakah organisasi sebesar Ikhwan, kalau mempersenjatai dirinya hanya akan menggunakan senjata ringan? Ecek-ecek? Tentulah tidak. Mereka mempunyai sumber daya finansial yang besar. Tapi sekarang apa yang mereka alami? Pimpinan ditangkapi, kader dibunuhi, rumah-rumah mereka disatroni dan dibakari, harta mereka disita, dan berbagai penindasan yang lain. Di manakah senjata itu, kalau ada?
Ikhwan tidak bersenjata bukan karena tidak mampu, tapi karena mereka memegang prinsip damai dalam memperjuangkan hak-haknya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/20/38255/ikhwan-teroris-apa-kata-dunia/#ixzz2d91m11Wt

Beltagi, Profil Seorang Teroris

Ahmad Beltagi adalah sekjen Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) di Mesir. Saat ini masuk dalam daftar pencarian orang, karena menjadi tokoh dalam Koalisi Nasional Anti Kudeta. Militer mengejar Beltagi dengan dalih bahwa beliau adalah seorang teroris.
Pada hari Ahad, 25 Agustus kemarin, fans page resmi pendukung Presiden Mursi menuliskan tentang profil beliau yang sangat jauh dari dugaan sebagai seorang teroris.
Saat bersekolah, Beltagi selalu rangking pertama di SD dan SMP. Saat di SMA, beliau tetap masuk dalam daftar 10 besar. Sedangkan masa kuliah beliau rampungkan dengan menduduki rangking ke-6 tingkat nasional.
Sudah mulai menyampaikan khutbah sejak beliau belajar di SMA kelas 3. Bahkan di rumahnya, beliau memelopori kelas pemberantasan buta aksara untuk orang yang sudah lanjut usia.
Selama belajar di fakultas kedokteran Universitas Al-Azhar, beliau selalu mendapatkan posisi rangking pertama selama 6 tahun. Beliau menjadi ketua BEM fakultas kedokteran, lalu menjadi ketua BEM seluruh mahasiswa Al-Azhar.
Sudah menerbitkan majalah mahasiswa ketika beliau masih belajar. Setelah menyelesaikan program S3 dan meraih gelar doctor, beliau menjadi dosen di almamaternya.
Pasca terjadinya kudeta atas pemerintahan Presiden Mursi, beliau beserta seluruh keluarganya aktif dalam aksi-aksi demonstrasi, terutama di Rab’ah. Dalam peristiwa pembantaian Rab’ah 16 Agustus yang silam, puteri satu-satunya Asmaa menemui ajalnya setelah ditembus peluru dhalim dari militer.
Hari Sabtu yang lalu, puteranya, gentian puteranya, Ammar ditangkap dan resmi menjadi tahanan. Sedangkan diri beliau sendiri masih menjadi buronan militer, apalagi setelah Hamad Mazru’I darii Qatar menawarkan hadiah sangat besar bagi siapa saja yang membantu penangkapan beliau.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/26/38525/beltagi-profil-seorang-teroris/#ixzz2d90SsF51

Pesona Langit Mesir, Kupinta Maaf Darimu…

Begitu banyak artikel dan berita-berita dari berbagai media yang cukup membuat shock para pegiat Dakwah Islam, yang ingin menawarkan Islam sebagai solusi peradaban. Saudara-saudara seperjuangan di Mesir justru harus menghadapi kenyataan yang begitu pahit, di awali dengan di kudetanya Presiden DR Muhammad Mursi yang terpilih secara sah melalui demokrasi oleh militer. Pahitnya kenyataan ini membentuk senyawa asam yang membuat hati para pejuang Agama Allah tersungkur kecewa. Bukan sekadar kecewa biasa, penistaan terhadap demokrasi harus kemudian di hadapi di depan mata tanpa sempat terpikirkan untuk membalas.
Demokrasi memang menjadi hal yang kontroversial  di kalangan para pegiat Harakah Islamiyah karena demokrasi memang produk barat, tempat lahirnya imperialisme. Namun kata-kata Perdana Menteri Turki Erdogan tentang demokrasi sangat menginspirasi untuk kemudian kembali mengasah kemampuan think and action agar menelaah terlebih dahulu perjuangan dakwah.  Inti perkataan dari Erdogan adalah agar demokrasi bisa menjadi salah satu alternatif dan sarana menuju kejayaan dan kegemilangan peradaban Rabbani yang pernah dibangun oleh Rasulullah S.A.W serta para sahabat dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun.
Tidak sampai di situ saja, ketika teman-teman Ikhwanul Muslimin menggelar aksi besar-besaran untuk menolak kudeta serta mendukung DR Muhammad Mursi, mereka harus mendapat ujian yang begitu berat sekali lagi. Dimulai penembakan masa demonstrasi yang sedang shalat sampai tindakan-tindakan represif lain yang dilakukan oleh militer Mesir. Mendengarnya saja cukup menguras hati, apalagi kemudian merasakannya. Bukankah Mukmin itu ibarat satu tubuh seperti apa yang disampaikan oleh Baginda Rasulullah SAW?
Atas nama kemanusiaan, para demonstran Pro-Mursi dinistakan dengan cara dibantai justru oleh militer Mesir sendiri. Ironi negeri Piramid yang mencengangkan dunia. Dibakar, ditembaki, sampai-sampai Masjid pun ikut di bumi hanguskan (Na’udzubillah).
Sekitar setahun yang lalu, tepatnya awal Tahun 2011, penulis menyempatkan diri mengikuti aksi mengutuk pemerintahan zhalim Husni Mubarak yang saat itu masih menjadi Presiden Mesir. Aksi kami ini dikoordinatori oleh Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) region  Sulawesi A. Kepemimpinan Husni Mubarak yang sangat semena-mena terhadap rakyatnya menjadi tuntutan utama. Sangat jelas tindak penyimpangan yang dilakukan oleh Husni Mubarak, menindak tegas setiap oknum yang anti terhadap kepemimpinannya. Namun kini tuntutan tersebut hanya isapan jempol belaka. Berita terbaru, Husni Mubarak dibebaskan dan terbebas dari tuduhan korupsi. Demi tanah Mesir tempat berjuang Nabiyullah Musa’alaihissalam, haruskah kezhaliman kembali merajalela? Sungguh pertolongan Allah akan datang di saat yang tepat.
Maafkan kami Rakyat Mesir, Palestina, Suriah, Bangladesh, yang tengah berjuang melawan tirani kezhaliman. Kami begitu santai akan kenyamanan ini, jarang menghadapi kondisi-kondisi tertekan, begitu santai menjalani hidup ini sehingga produktivitas generasi mudah kami kalah jauh. Kalaupun ada yang cerdas, mungkin hanya cerdas berteori saja dan sedikit aksi nyata.
Pesona langit Mesir begitu mencengangkan kami, namun kami hanya mampu meminta maaf. Tak sekompleks permasalahan di negeri kalian, tak seperti pemahaman Islam generasi muda kalian, selalu saja kami seperti itu, paham akan suatu fiqih tapi mencoba menutupi-nya dengan pembenaran-pembenaran yang sebenarnya bertentangan. Pembenaran atas nama logika, merasa mengetahui segalanya padahal kapasitas kami masih jauh dari ilmuwan. Ada-ada saja ulah kami, terus menerus mengerjakan dosa dan kemaksiatan. Sadarnya hanya sebentar saja, setelah itu dilakukan lagi. Padahal pola kegiatan yang menjadi karakter kami ini secara nyata akan mereduksi diri kami. Fluktuasi iman yang menjerumuskan.
Kupinta maaf darimu, seluruh negeri dari empat penjuru mata angin, yang muslimnya tengah menghadapi kepongahan sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme.  Generasi kami tidak setangguh seperti generasi muda kalian. Generasi kami adalah generasi yang tidak menyeimbangkan pikir dan dzikir, selalu saja seperti ini, sangat jauh dari ke-idealan seorang Pembaharu. Berkoar-koar mengkritisi setiap regulasi tanpa menawarkan solusi yang kongkret. Di hadapan penduduk bumi kami begitu berwibawa, namun di kalangan penduduk langit tidak seperti itu, apalagi di hadapan Allah.
Pada setiap luka jihad fi sabilillah yang tengah menganga namun aromanya harum semerbak sampai ke surga, kami memohon maaf. Di kelompok-kelompok liqa’ kami, hanya kemalasan yang kami tunjukkan. Datang tak tepat waktu, tak serius setor hafalan, dan sejuta alasan lainnya. Ketidaksiplinan pada jamaah, lebih suka menuntut dan mengkritisi qiyadah, jarang me-muhasabah diri sendiri.
Begitupun ketika memegang amanah sebagai pejabat publik, kami lebih senang berfikir dengan logika publik dan idealisme pun sedikit demi sedikit terkikis rapi. Di mana idealisme seorang aktivis yang menginginkan perubahan? Apakah ia semakin redup di tengah derasnya arus peperangan ideologi? Bukankah ideologi yang dipelajari adalah ideologi yang paling terbukti sepanjang sejarah? Ideologi yang bersumber dari Qur’an dan Hadits. Atau memang kalian masih ragu wahai ikhwah? Mengapa ragu? Saksikanlah keberanian anak-anak muda Mesir. Putra-putri para qiyadah ikhwan begitu berani menerjang timah panas!! Apakah hal semacam itu tidak menggugah nurani kalian?
Saksikan keberanian yang menghempaskan segala keraguan yang dimiliki oleh seluruh kader ikhwan. Para Mujahidin Suriah tengah dibantai dengan senjata biologis!! Masihkah diam dan bisa tersenyum?! Anak-anak Suriah pun tengah dibantai!! Myanmar, Afghanistan, Palestina, Bangladesh, dan negeri Muslim lainnya tengah bergejolak, tunggulah giliran Indonesia. Atau logika Anda masih menyangkal kebenaran yang begitu jelas ini? Penindasan terhadap Muslim telah begitu jelas dan nyata. Ideologi yang paling mulia ini tengah di bumi hanguskan oleh musuh-musuh Allah. Dan yang pasti mereka adalah Sahabat Iblis. Mari bersiap-siaga sebagai generasi muda yang berideologi Islam. Baca dan resapi makna Surah Al-Imran Ayat 200.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.   (Qs. Al-Imran: 200)

Erdogan: Syeikhul Azhar Akan Dikutuk Sejarah

Kemenlu Mesir, siang kemarin Senin 26 Agustus memprotes perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdoğan yang mengkritik keras Syeikhul Azhar berkaitan dengan dukungannya terhadap kudeta atas Presiden Mursi.
Dalam pernyataan protes itu disebutkan, “Mesir memprotes keras pernyataan terakhir perdana menteri Turki yang telah bersikap sembrono kepada pilar agama Islam terbesar, yaitu Imam Besar, Syaikhul Azhar, pemimpin lembaga dan perguruan tinggi tertua di seluruh dunia.”
Sebelumnya Erdogan menyatakan kekecewaannya dengan sikap Syeikhul Azhar Ahmad Ath-Thayib yang mendukung kudeta militer di Mesir. Beliau menyatakan, “Sejarah akan mengutuk semua orang sepertinya. Hal yang sama dialami ulama-ulama di Turki sebelumnya.”
Tambahnya, “Orang-orang yang membiarkan semua ini terjadi di Mesir, besok tidak berhak berbicara tentang kedhaliman.” Beliau juga bertanya, “Apakah pemerintah hasil kudeta akan bisa bersifat demokratis?”
Menurutnya, “Mesir yang selama 70 tahun dipimpin para diktator, tidak tahan dipimpin oleh Mursi walaupun satu tahun. Para pemimpin hasil pemilu yang berbuat kesalahan hanya boleh disingkirkan dengan pemilu juga.”
Dalam kesempatan yang sama, Erdogan juga menyebut keberadaan Zionis di balik peristiwa-peristiwa Mesir. Menurutnya, Tel Aviv sedang berkampanye merendahkan pentingnya kotak suara.
Berkaitan dengan oposan Turki yang menuduh dirinya sebagai diktator, beliau menjawab, “Kalau kalian ingin melihat diktator, pergilah ke Suriah dan Mesir.”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/27/38554/erdogan-syeikhul-azhar-akan-dikutuk-sejarah/#ixzz2d8ZaKOIM

As-Sisi Bisa Alami Nasib Pervez Musharraf

Declan Walsh menulis dalam harian New York Times artikel berjudul “Negara-negara Lain Memberikan Pelajaran kepada Penguasa Militer mesir” Sabtu, 24 Agustus kemarin.
Artikel ini untuk mengomentari sepak terjang As-Sisi akhir-akhir ini. Di awal, Walsh bertanya, “Apakah era militer berkuasa besar akan segera kembali di Mesir?”
Menurutnya, saat ini Presiden Mursi mendekam di tahanan, sedangkan Husni Mubarak dikeluarkan dari penjara. Hal ini menunjukkan kekuasaan besar yang dimainkan militer di negara-negara Islam yang belum matang dalam berdemokrasi.
Padahal adanya beberapa mantan penguasa militer di negara-negara lain seperti Turki dan Pakistan bisa menjadi peringatan yang serius bagi As-Sisi.
Pekan yang lalu, pengadilan Pakistan secara resmi menetapkan status tersangka kepada Musharraf dalam kasus pembunuhan Benazir Bhutto. Ini adalah kali pertama di Pakistan pejabat tinggi militer menghadapi tuduhan pidana.
Sedangkan di Turki puluhan pejabat militer telah dijatuhi vonis dalam kasus perencanaan kudeta atas pemerintah yang sah.
Hal ini harus menjadi peringatan serius bagi As-Sisi, walaupun memang kudetanya didukung oleh massa dan beberapa negara seperti Saudi dan Israel. Oleh karena itu, sebaiknya As-Sisi keluar dari masalah ini lebih dini, agar terhindar dari nasib Musharraf di akhir kekuasaannya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/27/38557/as-sisi-bisa-alami-nasib-pervez-musharraf/#ixzz2d8YO5C9F

Di Tengah Krisis Mesir, RUHAMA PEDULI salurkan sembako ke MASISIR

Di tengah krisis yang terjadi di Mesir, LKSM (Lembaga Kajian Sosial Kemasyarakatan) “RUHAMA” Mesir telah membagikan Sembako sebanyak 23 paket kepada seluruh sekretariat/kekeluargaan yang ada di MASISIR (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Proses pembagian ini berlangsung pada hari minggu (18/8) yang dimulai sejak pukul 11:30 Waktu Kairo bersama Tim Ruhama Peduli yang langsung dipimpin oleh Direktur Ruhama Saudara Roby Sugara, Lc.
Diawali dari Kekeluargaan Gama Jatim, kami langsung menemui Dewan Pengurusnya, kemudian ke kekeluargaan HMM langsung ditemui Ketua HMM Saudara Il Ghafur. Setelah dari HMM, Tim Ruhama Peduli langsung menuju ke Sekretariat Rumah Akar, di sana kami disambut dengan ramah dan sempat berpose bersama.
Satu persatu kami mendatangi sekretariat Kekeluargaan (Organisasi Kedaerahan) di Mesir langsung disambut oleh pengurus dan sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh RUHAMA ketika masa paceklik dan kondisi Mesir yang kurang kondusif.
Tidak hanya Organisasi kekeluargaan, Organisasi Afiliatif pun tidak lupa kami kunjungi dan bagikan sembako, seperti PII, PCI-NU dan PC-Muhammadiyah di Mesir.
Aktivitas Ruhama Peduli ini selesai sekitar pukul 18:00 Waktu Kairo. Sebelum jam malam berlaku, alhamdulillah kami telah menyelesaikan misi kemanusiaan ini.
Sebelumnya, pada pertengahan bulan ramadhan, RUHAMA PEDULI juga menyalurkan sekitar 100 buah sembako kepada Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) yang telah berkeluarga.
Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Muhsinin Mesir yang telah memberikan kepercayaan kepada RUHAMA untuk menyalurkan bantuannya.
Semoga usaha kecil ini menjadikan kita semakin erat ukhuwah islamiyah di antara Keluarga Besar Masyarakat Indonesia di Mesir. (Ms/Ruhama)

KBRI Mesir Cepat dan Tanggap Hadapi situasi Darurat

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mesir di Kairo cepat dan tanggap dalam kesiagaannya menghadapi situasi saat diterapkannya Undang-Undang Darurat oleh Pemerintah Mesir.  Saat tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) SOS – Egypt berkunjung, tampak seluruh staf terlibat dan antusias membahas berbagai kemungkinan yang terjadi dan memberikan informasi terkini pada pemerintah pusat secara rutin.
“Kami setiap hari melakukan rapat koordinasi yang melibatkan seluruh staf di KBRI, rapat membahas situasi terkini yang berkembang dari waktu ke waktu, seperti perkembangan aktivitas demo di sekitar kota Kairo dan wilayah lainnya, kemudian informasi ini diberikan kepada pemerintah Pusat,” ujar Agus Hendrijanto, First Secretary KBRI Mesir.
Untuk mengantisipasi keadaan terburuk, KBRI Mesir telah mempersiapkan 3 Posko yang bertempat di KBRI Mesir di Kota Kairo, Sekolah Indonesia Cairo (SIC) di Dokki, dan Konsulat di Nasr City, Cairo. Ketiga posko ini nantinya akan berfungsi sebagai penampungan sementara warga negara Indonesia (WNI) sebelum dilakukan langkah selanjutnya.
Guna memenuhi kebutuhan pangan, karena sebagian aktivitas ekonomi masyarakat terhenti, KBRI Mesir telah membagikan kebutuhan pokok yang disalurkan melalui Persatuan Pelajar Mesir Indonesia (PPMI) kepada WNI yang sangat membutuhkan.
Menurut Kepala Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Kairo, Dahlia Kusuma Dewi, bantuan pertama tersebut mencakup 900 kg beras, 450 liter minyak goreng, 450 kg gula pasir, 125 box mie instan, 600 kotak teh, 600 kaleng ikan tuna, 600 kaleng kornet, 600 botol kecap manis, dan 200 kg susu bubuk.
Tim SOS – Egypt secara khusus diberi kesempatan meninjau langsung kesiapan posko seperti di SIC, Dokki. Di lokasi ini mampu menampung 500 orang jika kemungkinan terburuk terjadi, ada aula yang cukup luas, peralatan masak yang memadai, alat pemadam kebakaran (apar), kamar mandi, toilet yang cukup dan kesiapan personil SIC yang telah teruji keterampilannya.
Doddy Cleveland Hidayat, Ketua Tim SOS – Egypt mengatakan, KBRI Mesir sangat siap dalam menghadapi situasi terburuk pasca diterapkannya Undang-Undang Darurat. “Kami mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh KBRI Mesir dengan segala bentuk persiapan dan kesiagaan, atas nama warga negara Indonesia mengucapkan terima kasih atas kerja keras yang telah dilakukan semoga bernilai ibadah, dan kondisi ini segera kondusif dan membaik,” ujar Doddy saat meninjau persiapan distribusi bantuan sembako kerjasama ACT dengan PPMI di Nasr City pada Rabu, (22/8/2013).

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/23/38434/kbri-mesir-cepat-dan-tanggap-hadiapi-situasi-darurat/#ixzz2d3w8dYzD

Harga Sembako Melambung Sejak Diberlakukan Undang-Undang Darurat Mesir

Satu minggu telah berjalan sejak berlakunya Undang-Undang Darurat di Mesir, sejumlah harga kebutuhan pokok melonjak. Ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berprofesi sebagai pelajar mulai merasakan dampaknya.
Henda, salah seorang mahasiswa Al-Azhar, Kairo bersama istrinya mulai terusik, dirinya seolah seperti berada dalam suasana penjara yang luas. Situasi aman tapi tak bisa bebas bepergian ke mana-mana. Jika malam menjelang, panser sudah mulai memadati jalan-jalan protokol. Ini yang membuatnya tak nyaman. Jika beberapa bulan yang lalu ramai mahasiswa lalu lalang ke tempat studi, kali ini sunyi senyap. Semua memilih berdiam diri di rumah.
“Yang paling kentara itu harga sembako. Beras rata-rata naik 7 Pound setiap 5 kg, telur naik 6 Pound setiap satu krat isi 30 butir, dan harga buah-buahan naik signifikan,” ujar Henda.
Kenaikan harga barang terbilang wajar, karena berlakunya jam malam sejak pukul 19.00 hingga 06.00 waktu setempat, praktis di waktu ini aktivitas perekonomian terhenti. Kendaraan pengangkut hasil pertanian dari desa-desa ke pusat kota jika malam hari tidak bisa dilakukan, menyebabkan biaya transportasi meningkat sehingga berpengaruh pada kenaikan harga.
Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) SOS – Egypt mengunjungi sejumlah pusat perbelanjaan kebutuhan pokok di sekitar Sapta, Nasr City. Sejumlah harga barang naik dan persediaannya pun terbatas. Pembelian dalam jumlah besar mereka baru bisa dipenuhi 2-3 hari.
Kondisi masih tak menentu selama sebulan ke depan, jika terjadi kemungkinan terburuk. ACT dan Persatuan Pelajar Mesir Indonesia (PPMI) menjalin kerjasama dengan mendirikan posko kemanusiaan bersama dipusatkan di Nasr City, Kairo. (Sutaryo, Relawan ACT)

Dahlan Iskan Tuduh Mursi Penyebab Kegaduhan Di Mesir

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku bersyukur Indonesia tidak dipimpin Muhammad Mursi, Presiden Mesir yang dikudeta militernya sendiri.
“Salah satu hal yang menyebabkan kegaduhan di Mesir adalah tindakan bekas presidennya  yang kurang cakap membina hubungan dengan kelompok-kelompok yang tidak memilihnya,” kata Dahlan, ketika menerima gelar kehormatan dari masyarakat Dayak di Kalimantan Timur, Rabu 21 Agustus 2013.
“Karena Mursi dipilih oleh 51 persen (suara), maka sebenarnya ada 49 persen yang tidak setuju. Seharusnya kelompok ini juga diayomi,” kata Dahlan seperti  disampaikan Juru Bicara Kementerian Faisal Halimi kepada wartawan.
Lebih jauh, Dahlan menegaskan bahwa Indonesia beruntung punya presiden yang bisa mengayomi semua pihak.”SBY sangat sabar dalam mengayomi semua kelompok termasuk semua partai politik,” katanya.
Dia mengakui, sikap SBY itu menimbulkan kesan bahwa Presiden lemah dan lamban mengambil keputusan. “Tapi itu perlu untuk menjaga keutuhan dan mengawal perubahan dengan baik. Kalau kita tidak mau seperti Mesir,” katanya.
Hari ini Dahlan mendapat gelar Uluy Inga dari masyarakat Dayak Kalimantan Timur. Gelar Uluy Inga diserahkan oleh Ketua Adat Dayak Edy Gunawan. Uluy Inga artinya seorang pemimpin yang selalu memimpin dengan senyum dan membuat masyarakat lebih baik.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/22/38412/dahlan-iskan-tuduh-mursi-penyebab-kegaduhan-di-mesir/#ixzz2d3v4dXsG

Lika -liku Tugas Kemanusiaan, dibalik Penerapan Undang-Undang Darurat di Mesir

Sebagai lembaga kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dituntut harus bersikap netral dan independen, tidak berpihak pada golongan tertentu, lebih mengutamakan pada korban terdampak konflik yang menjadi objek utama misi kemanusiaan. Di sisi lain ada warga masyarakat Indonesia (WNI) yang berdomisili di Mesir, misi kemanusiaan ini juga mengemban tanggungjawab menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi WNI.
Tim ACT SOS – Egypt tiba di Kairo, Mesir pada Senin (19/8/2013), setelah melalui rangkaian pemeriksaan ketat di imigrasi Cairo International Airport, akhirnya Tim bisa masuk ke negeri ini.
Penerapan Undang-Undang Darurat oleh pemerintah transisi, amat mempengaruhi seluruh rakyat Mesir yang mencapai 85 juta lebih dan WNI yang berada di sana.
Pasca bentrok pengunjuk rasa dengan aparat keamanan, sejumlah orang menjadi korban. Mereka, dan keluarganya selayaknya dibantu terlebih yang hidupnya kekurangan. Terkait dengan korban jiwa, jika korban itu kepala keluarga, pasti meninggalkan anak dan istri yang layak mendapat santunan karena kehilangan sumber pendapatan utama.
Penerapan Undang-Undang Darurat mengubah suasana Mesir sehari-hari. Rakyat terkena dampaknya. Pukul 19.00-06.00, masyarakat dilarang melakukan kegiatan di luar rumah baik menggunakan kendaraan umum, pribadi bahkan berjalan kaki.
Kondisi tak biasa ini juga terlihat pada segala aktivitas masyarakat yang tampak seperti terburu-buru khususnya menjelang jam malam. Kemacetan di berbagai sudut jalan protokol mulai terlihat sejak pukul 3 sore, masing-masing ingin berebut pulang ke rumahnya. Pengguna transportasi umum berebut naik.  Situasi kian kurang nyaman,  Agustus-September memasuki puncak musim panas di Kairo. Kisaran suhu siang hari di atas 35 derajat celsius.
Harga kebutuhan pokok melonjak karena beban biaya transportasi meningkat, jam kerja dikurangi dan pendapatan masyarakat menurun. Sejumlah perusahaan mengalami penurunan produksi sebagai dampak pemberlakuan Undang-Undang Darurat.
Daya beli masyarakat menurun, ancaman kriminalitas mencuat. Pencopetan dan perampokan mulai marak.  Dana zakat di masjid di kawasan Syibbinkum, provinsi Manufiah, diambil oleh kelompok tak bertanggung jawab. Ini peristiwa langka.
Sementara itu, WNI yang berjumlah 5.026 (data Juli 2013) mengalami situasi serupa. Umumnya WNI adalah para pelajar dan mahasiswa yang sedang belajar di berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang tersebar di provinsi Kairo dan sekitarnya. Sebagian mereka ditopang beasiswa dari institusi di Indonesia, lembaga beasiswa Kuwait dan Arab Saudi, sebagian lainnya mendapat subsidi perguruan tinggi tempatnya belajar seperti Al-Azhar. Namun, tak sedikit dari mereka tidak dapat pembiayaan sama sekali. Para mahasiswa ini menggantungkan hidupnya dari sektor informal.
Secara umum WNI cukup terkena imbas kondisi yang terjadi. Naiknya harga barang tak dibarengi dengan meningkatnya pendapatan mereka. Oleh ACT, WNI pun mendapatkan prioritas sebagai pihak yang layak mendapatkan bantuan dari masyarakat di Indonesia tentu dengan skala prioritas, WNI yang paling rentan merupakan pilihan utama.
Karena misi ACT murni alasan kemanusiaan, dari mana pun pihak yang menjadi korban adalah sasaran utama yang harus dibantu. Membantu dengan berbagai cara dan upaya sehingga dapat menjangkau korban dan memastikan mereka beroleh manfaat, pastinya tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan serta menjaga hubungan baik antara pemerintah dan masyarakat Mesir serta pemerintah dan masyarakat Indonesia.
ACT terus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), melakukan komunikasi intens, meminta saran dan pendapat dalam perencanaan dan melaporkan secara berkala aktivitas yang dilakukan di lapangan. Termasuk bersama-sama menyikapi isu yang berkembang di luar, seperti kaitannya dengan media dan masyarakat.
Selain itu ACT juga melakukan komunikasi dengan lembaga pelajar, keluarga-keluarga pelajar, perkumpulan, jurnalis asal Indonesia dan WNI yang bekerja di sejumlah kota di Mesir.
Untuk saat ini segala bentuk bantuan asing yang akan masuk ke Mesir harus melalui mekanisme government to government serta proses birokrasi yang panjang. Bantuan  medis dan menghadirkan tenaga dokter dan obat-obatan harus seizin pemerintah setempat. Pemerintah Mesir nampaknya menampik bantuan asing dan menyatakan bahwa mereka masih dalam kondisi sanggup. Semua bantuan, harus dalam bentuk uang dan melalui kementerian Luar Negeri. Aturan ini menjadi kendala aktivitas ACT yang terbiasa bekerja cepat dalam menunaikan mandat kemanusiaan.
“Saat ini, kondisi Mesir memang sangat ketat dalam menerima bantuan asing. Karena mungkin pemerintah khawatir bahwa bantuan akan diberikan kepada pihak yang menentangnya. Pemerintah Mesir ingin menunjukkan mereka sanggup mengatasi sendiri permasalahan yang terjadi,“ ujar Doddy Cleveland Hidayat, Ketua Tim SOS–Egypt.
Bagaimanapun, rakyat Mesir masih perlu dukungan warga dunia. “Kami berupaya menunaikan amanah,” ungkap Doddy.  Ia menambahkan, “Dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia masih dibutuhkan demi mendukung misi kemanusiaan. Doakan Tim ACT dapat menuntaskan amanah dari masyarakat Indonesia dan dunia.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/26/38549/lika-liku-tugas-kemanusiaan-dibalik-penerapan-undang-undang-darurat-di-mesir/#ixzz2d3u6vDcC

Syeikh Made in Perancis

Mesir adalah negara yang agamis. Ketika  melakukan kudeta, As-Sisi tidak lupa dengan hal ini. Dia melibatkan para pemuka keagamaan dalam memuluskan agendanya.
Setelah tertekan dengan demonstrasi besar-besaran di Rab’ah, Nahdha, dan tempat-tempat yang lain, As-Sisi menggunakan kekuatan fatwa untuk membubarkannya. Mulai dari fatwa larangan mendemo pemerintah yang sah, hingga fatwa membolehkan membunuh para demonstran.
Mungkin banyak orang bertanya-tanya, mengapa ulama sekaliber Syeikhul Azhar dan mantan mufti bisa diperalat mereka? Shabir Masyhur dalam situs elsyaab.org Ahad 25 Agustus kemarin menulis sebuah artikel berjudul “Paus Al-Azhar, Seorang Sekular Bikinan Perancis”
Di awal artikelnya, Shabir mempertanyakan keanehan nama imam dan syeikh bagi Dr. Ahmad Thayyib, “Beliau digelari imam akbar, tapi tidak pernah mengimami shalat. Beliau juga digelari syeikh akbar, tapi tidak pernah khutbah. Oleh karena itu, sebenarnya beliau adalah seorang sekular yang diimpor dari Perancis lalu diberi pakaian Al-Azhar dan disebut sebagai seorang Syeikhul Azhar.”
Shabir juga mempertanyakan keberadaan Ath-Thayib di Perancis, “Ketika masih muda dan segar, beliau dikirim ke Perancis. Tinggal di rumah sebuah keluarga Perancis. Hanya Allah swt. yang Tahu apakah keluarga itu baik-baik atau sebaliknya.”
Shabir membuat sebuah analisis sederhana tentang belajar di negeri non Islam, “Beliau belajar di Universitas Sorbonne. Yang mengajarinya tentang Islam adalah profesor-profesor Kristen dan atheis. Aku bertanya, bisakah seorang Kristen diajari agamanya orang seorang ulama muslim bisa diangkat menjadi paus? Bisakah seorang paus bisa mengenal Kristen mereka melalui pengajaran para ulama muslim yang memang tidak mengimani akidah kristen mereka? Seperti itulah Ath-Thayib, mengenal Islam dari para pemikir Kristen, yang mereka menganggap Islam sebagai sebuah bid’ah hasil rekaan Muhammad.”
Setelah itu, Shabir menyinggung tentang gerak politik Ath-Thayib, “Beliau bergabung dengan Partai Nasional Demokrat, yang merupakan partai sekular. Beliau sama sekali tidak mengenakan pakaian kebesaran Al-Azhar sekembalinya dari Perancis. Tapi begitu didaulat menjadi seorang mufti, beliau langsung mengenakannya karena sekadar mempertimbangkan sisi kepantasan. Begitupun setelah dipindahkan menjadi pemimpin lembaga Al-Azhar, beliau langsung melepaskan kembali pakaiannya, dan melaporkan daftar panjang mahasiswa yang kontra dengan Mubarak.”
Terakhir, Shabir mempertanyakan paradoksi fatwa politik Ath-Thayib, “Di masa rejim Mubarak, beliau mengharamkan demonstrasi dan protes melawan Mubarak. Ketika Mubarak jatuh, beliau mengumumkan diri bersama revolusi. Di masa Presiden Mursi, beliau membolehkan demonstrasi melawan seorang pemimpin muslim yang dipilih oleh rakyatnya. Lalu memfatwakan bolehnya menggulingkan beliau untuk digantikan oleh seorang pemimpin sekular. Setelah kudeta dilakukan, beliau kembali mengatakan bahwa demonstrasi melawan pemerintah adalah haram.”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/26/38528/syeikh-made-in-perancis/#ixzz2d3gUaN4l

Pangeran Khalid: Kudeta di Mesir Bisa Picu Kudeta di Saudi

Melalui akun twitternya, Ahad 25 Agustus kemarin, Pangeran Khalid bin Talal (@Khalid_BinTalal) memperingatkan Kerajaan Saudi yang terus mendukung kudeta di Mesir.
Pangeran Khalid yang termasuk anggota keluarga kerajaan Saudi ini menekankan bahwa membolehkan terjadinya kudeta atas pemimpin Mesir bisa membuka pintu bagi orang yang bernafsu untuk melakukan hal serupa kepada pemimpin di Kerajaan Saudi.
Putera ketiga Pangeran Talal bin Abdul Aziz ini menyebutkan, “Sesuai dengan syariat Allah swt., sunnah Rasulullah saw., dan manhaj Salafus Shalih, kita tidak diperbolehkan melawan dan tidak menaati pemimpin yang sudah dibai’ah. Kalau kita wajib melaksanakan ketentuan ini di negeri kita, maka kita pun harus berpandangan serupa dengan rakyat Mesir di negerinya.”
Beliau melanjutkan, “Pastinya ketentuan ini tidak berlaku pada negeri-negeri yang mengalami revolusi. Mayoritas rakyat menuntut turunnya penguasa yang dhalim dan otoriter. Seperti itulah mayoritas ulama berpendapat.”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/26/38547/pangeran-khalid-kudeta-di-mesir-bisa-picu-kudeta-di-saudi/#ixzz2d3dm6mg6

Inilah Sebab Erdogan Menangis Ketika Dibacakan Surat Beltagi kepada Puterinya

Dalam sebuah acara televisi yang disiarkan channel Ulke secara live, Erdogan menangis ketika dibacakan surat Beltagi kepada puterinya, Asmaa yang telah syahid pada pembantaian Rab’ah 16 Agustus yang lalu.
Ketika ditanya tentang sebab menangisnya, Erdogan menjawab, “selesai bekerja, aku selalu pulang ke rumah. Seringnya pulang malam-malam. Pernah anakku menulis pesan yang ditempel di pintu kamarku. Pesanya, “Ayah, tolong beri kami satu malam saja.”
Aku memang terlalu sibuk dengan tanggung jawab besar yang sudah kurancang sejak dulu. Saking sibuknya, sering aku pulang pukul 1 atau 2. Tentunya semua anakku telah tidur. Ketika mendengarkan dibacakannya surat ini, aku membayangkan seakan-akan anak-anakku itu adalah Asmaa.
Sangat mengharukan juga, seorang ayah tidak bisa menshalati jenazah puterinya sendiri. Puterinya adaah seorang gadis yang pandangan matanya penuh dengan harapan masa depan. Kepergiannya yang sangat cepat sungguh sangat mengharukanku.
Memang mati syahid adalah hal yang sangat istemewa. Asmaa sangat cepat bersanding dengan deretan para syuhada, sebelum dia banyak menikmati kehidupan dunia ini.
Aku yakin, sikap Beltagi kepada puterinya ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dunia Islam, contoh bagi para pemuda, dan contoh bagi para orang tua bagaimana bersikap kepada anaknya.
Aku berkata seperti ini bukan sebagai perdana menteri, tapi sebagai rakyat biasa, Erdogan.”

Pengadilan Mesir Bebaskan Mubarak dari Tuduhan Korupsi

Pengadilan di Mesir, Senin, memerintahkan pembebasan mantan presiden Husni Mubarak atas dakwaan penjarahan dana yang dialokasikan bagi pemeliharaan istana presiden, demikian laporan jejaring media resmi Ahram.
Dalam sidang pemeriksaan pertama, Pengadilan Pidana Kairo juga memutuskan untuk memenjarakan dua putra Mubarak–Alaa dan Gamal–sambil menunggu penyelidikan dalam kasus yang sama.
Pengadilan itu memerintahkan agar dokumen kasus tersebut dikembalikan ke jaksa penuntut umum untuk pengajuan tuntutan terhadap empat tersangka lain.
Mubarak dan dua putranya tidak tampil di pengadilan karena alasan keamanan.
Mubarak masih menghadapi pengadilan-ulang mengenai tuntutan terlibat dalam pembunuhan pemrotes selama kerusuhan 2011, yang menggulingkannya.
Pada Sabtu, satu pengadilan Mesir menunda pengadilan ulang mantan presiden tersebut dengan tuduhan kematian pemrotes pada 25 Agustus, di tengah kerusuhan yang dipicu antara pengikut Ikhwanul Muslimin dan pasukan keamanan setelah penggulingan pengganti Mubarak, Mohamed Mursi.

IM: Penyiksaan di Penjara Melebihi Kekejaman Tatar, Tentara Salib dan Nazi

Ikhwanul Muslimin menyampaikan turut berbela sungkawa kepada keluarga para syuhada.
Ikhwanul Muslimin semua pihak yang masih memiliki hati nurani, baik di dalam atau di luar Mesir, agar membentuk opini publik sehingga mereka mengetahui siapa sebenarnya militer pengkudeta tersebut, dan menuntut mereka di berbagai lembaga dunia, terutama pengadilan internasional.
Ikhwan juga menerangkan bahwa apa yang dialami oleh putera-putera Mesir di penjara melebihi kekejaman Tatar, tentara salib dan Nazi. Sehingga perlu ditanyakan, apakah orang yang memerintahkan dan melaksanakan penyiksaan itu masih bisa dikatakan sebagai manusia? Bukankah mereka memiliki anak, keluarga, saudara? Bukankah mereka memiliki hati? Atau apakah Hati mereka sudah lebih keras daripad batu?
Meninggalnya 37 orang tahanan dikatakan karena gas, ini juga merupakan sebuah kejahatan berat. Tapi rupanya kenyataannya lebih dari itu. Semua syahid mengalami penyiksaan sadis sebelum meninggal dunia. Hal itu terlihat dari bekas luka-luka sayatan, bakar, dan peluru di tubuh mereka.
Ikhwan juga menekankan keteguhannya. Kalau penyiksaan ini bertujuan untuk menteror rakyat, maka ketahuilah bahwa rakyat takkan pernah gentar. Kalau bertujuan untuk menyeret kami kepada aksi anarkis, maka rakyat paham betul aksi anarkis akan dijadikan dalih untuk menghabisi kami. Kami meyakini bahwa perjuangan damai lebih kuat daripada kekuatan senjata.
Terakhir, Ikhwan menyadarkan bahwa rakyat berhak untuk meminta pertanggung-jawaban para politikus, lembaga HAM, para jurnalis dan lainnya. Mereka marah besar ketika adal seorang perusuh diseret karena melempar bom molotov ke istana Ittihadiyah di masa Presiden Mursi. Mereka kontan berkomentar bahwa Presiden Mursi telah kehilangan keabsahannya sebagai presiden, meskipun beliau menyampaikan permintaan maafnya secara resmi. Kenapa mereka diam seribu bahasa ketika melihat perlakuan yang lebih kejam dan dhalim?

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/22/38364/im-penyiksaan-di-penjara-melebihi-kekejaman-tatar-tentara-salib-dan-nazi/#ixzz2d3YgXb5F

Minggu, 25 Agustus 2013

Di Riyadh, Seorang Khatib Diturunkan dari Mimbar Karena Doakan Mesir

Jamaah shalat yang berasal dari Mesir memprotes khatib saat shalat Jumat di masjid Al-Firdaus, Riyadh. Di akhir khutbahnya, khatib mendoakan rakyat Mesir, dan mendoakan keburukan untuk As-Sisi, “Ya Allah, cabutlah Basyar dan As-Sisi.”
Saat itulah jamaah dari Mesir memotong khutbah, dan berteriak kepada khatib, “Apa urusanmu dengan negara kami?” Protes tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya pertengkaran antar jamaah yang mendukung dan yang memprotes. Hingga akhirnya imam shalat memulai shalat. untuk menertibkan suasana, satu orang Mesir dikeluarkan dari masjid.
Sebuah sumber di kementrian wakaf Saudi menyebutkan bahwa kementrian sudah menerima laporan kejadian ini, dan akan menindak dengan memberhentikan khatib dan tugasnya berkhutbah.
Kementrian akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut pada hari Ahad depan. Karena memang pihaknya menolak dengan keras segala praktek politisasi khutbah Jumah.
Dalam kasus serupa, kementrian juga pernah menghentikan khatib dan imam masjid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di distrik As-Salam Riyadh selatan. Setelah khatib memprovokasi untuk angkat senjata di negera-negara yang dilanda revolusi dan kerusuhan.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/24/38460/di-riyadh-seorang-khatib-diturunkan-dari-mimbar-karena-doakan-mesir/#ixzz2d3X9bDR8

Pesan Erdogan Untuk Presiden SBY

Peran Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia sangat diharapkan di tengah berkecamuknya konflik dibeberapa negara arab. Untuk itu Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono agar lebih berperan menangani kemelut di dunia Arab.
Hal itu diungkapkan Mantan deputi PM Malaysia, Anwar Ibrahim seusai bertemu Erdogan. “Sabtu lalu saya ke Istanbul atas undangan PM Erdogan membincang perkembangan terkini di dunia Arab,” ujar Anwar, Kamis (22/8) malam.
Menurut Anwar, Ia   dan Erdogan sepakat bahwa umat Islam perlu bangkit menolak kezhaliman diktator di Mesir dan Suriah.
Kedua pemimpin dunia Islam itu bahkan memiliki harapan khusus kepada Indonesia, negara terbesar di dunia untuk turut berperan menangani kemelut yang melilit dunia Arab.
Erdogan dan Anwar meminta agar Presiden SBY lebih berperan. “PM Erdogan berencana untuk menelepon Presiden SBY,” kata Anwar

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/23/38440/pesan-erdogan-untuk-presiden-sby/#ixzz2d3TrpSi7

Lebih dari 200 orang Syahid di ‘Monumen Tentara Tak Dikenal’

Pembantaian yang dilakukan militer Mesir bukan hanya terjadi di Rab’a Adawiyah saja, namun juga diseluruh titik demonstrasi lainnya. Salah satunya adalah di Monumen Tentara Tak dikenal yang terletak di depan Universitas Al-Azhar.
Lebih dari 200 orang telah syahid pada peristiwa pembantaian yang berlokasi di ‘Monumen Tentara Tak Dikenal’. Foto-foto pada laman sumber memperlihatkan korban pembantaian di lokasi “monumen tentara tak dikenal” dekat tempat pembunuhan Anwar Sadat, di depan Univ Al-Azhar. Kebanyakan meninggal karena tembakan sniper di tubuh bagian atas.

Kabar Gembira dari Dr. Aidh Qarni

Dr. Aidh Qarni seorang ulama di Saudi yang terkenal dengan bukunya “La Tahzan” menulis di ansarportsaid.net hari Sabtu 24 Agustus 2013 tentang bagaimana seorang muslim menyikapi kondisi Mesir saat ini. Berikut cuplikan tulisan beliau:
Ketika aku sedang menagis karena meratapi apa yang menimpa umat ini di seluruh dunia Islam, terutama di Mesir dan Suriah, ada seorang kawanku datang bertanya, “Kenapa kau bersedih?” Aku menjawab, “Aku bersedih karena agamaku sedang dalam kesulitan.” Diapun menjawab, “Islam adalah agama Allah swt. Dia sendiri yang akan menolongnya. Bukankah Allah swt. berfirman, ‘”Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.’” [Al-Mujadilah: 21].
Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena orang-orang yang dibunuh secara dhalim.” Dia pun menjawab, “Mereka telah berbahagia, in sya’a Allah, hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Allah swt.”
Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena orang-orang yang terluka, tertawan dan tertindah.” Dia menjawab, “Segala musibah yang menimpa seorang muslim, hingga duri yang menusuknya, pasti akan menjadi penghapus dosa dan kesalahannya. Ujian dari Allah swt adalah kaffaratudz dzunub.”
Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena janda yang kehilangan suaminya, anak yatim yang kehilangan ayahnya.” Dia menjawab, “Allah swt. akan menolong mereka. Karena Allah swt. adalah penolong bagi orang-orang yang shalih.”
Aku berkata, “Kalau begitu aku menangis karena ibu yang kehilangan anak-anaknya, atau orang yang kehilangan orang-orang yang dikasihinya.” Dia menjawab, “Hanya orang yang sabar, yang pahalanya diberikan tanpa hitung-hitung.”
Aku berkata, “Aku bersedih karena ahli kebatilan berkuasa di bumi ini, mengalahkan ahli kebenaran.” Dia menjawab “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” [Ali Imran: 196-197].
Dia pun mengakhiri pembicaraan kita dengan sebuah nasihat, “Karena itulah tidak ada alasan kita menangis. Hapuslah airmatamu. Yakinilah janji Allah swt. Kalau Dia sudah berjanji, tidak ada yang akan bisa menghalangi-Nya. Perbaikilah dirimu sehingga menjadi orang yang layak termasuk dalam firman Allah swt. “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Qashash: 83].

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/26/38544/kabar-gembira-dari-dr-aidh-qarni/#ixzz2d3RM5otn

Selasa, 20 Agustus 2013

Lanskap Baru Politik (Dunia) Islam

Konstelasi dan akselerasi politik di negara Mesir belakangan ini merupakan sebuah etalase dari politik (dunia) Islam. Pergolakan politik di Mesir memberikan pengaruh dan menimbulkan pergeseran terhadap pola perpolitikan di dunia, khususnya perpolitikan dunia Islam. Selain itu, akselerasi percaturan politik di Mesir merupakan pertanda masa depan dan masa kini perpolitikan dunia dan dunia Islam.
Akselerasi dan masifnya perubahan politik dunia Islam dengan melihat model yang terjadi di Mesir tersebut memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi masa depan politik dunia Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (sedikitnya dapat dipandang berdasarkan tiga buah tesis).
Pertama, kudeta militer terhadap pemerintahan Presiden Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis memunculkan spekulasi bahwa Amerika Serikat (AS) dan dunia Barat menerapkan standar ganda (double standards) dalam menerapkan demokrasi dan mengutuk anti demokrasi (kudeta militer) sehingga berdampak pada beban ganda (double burden) bagi dunia Islam yang mulai meyakini masa depan demokrasi tapi kini merasakan perih dan sakit akibat dari ketidakkonsistenan AS menanggapi kudeta yang jelas-jelas merupakan antiklimaks dari demokrasi.
Kedua, pergolakan politik di Mesir segera memunculkan spekulasi bahwa proses politik dan demokrasi dunia Islam akan senantiasa mengalami erosi, guncangan dan destruksi dari dalam dan dari luar sehingga akan berdampak pada pengerdilan pertumbuhan dan perkembangan perpolitkan dunia Islam itu sendiri. Munculnya erosi politik dan demokrasi dunia Islam dapat terjadi karena perbedaan paham aliran (firqah) yang menegasikan persatuan umat Islam sedunia menjadi sebuah gerakan global yang disegani. Percaturan dan strategi politik dunia yang berporos pada AS, Uni Eropa dan sekutu-sekutunya terbukti dapat merontokkan musim semi politik dunia Arab (Arab spring) menjadi huru-hara politik yang menegangkan dan menggugurkan daun dan ranting politik dunia Islam akibat dari politik belah bambu dan politik pecah belah (devide et impera) yang diterapkan poros AS..
Ketiga, pergolakan dan instabilitas politik di Mesir memunculkan optimisme dan sekaligus pula pesimisme akan masa depan moderasi politik dunia Islam. Sisi optimisme ini setidaknya dapat kita lihat dari pandangan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq yang beranggapan bahwa munculnya pertarungan dan perbenturan ideologis tidak akan mampu menyurutkan langkah dan masa depan politik Islam. Bahkan menurutnya Islam dan ummatnya senantiasa memiliki simpanan energi besar untuk semua jenis pertarungan. Keyakinan Mahfudz Siddiq ini sekaligus memposisikan dunia Islam sebagai kekuatan politik yang tidak akan pernah padam sepanjang masa dan semburan magma politik dunia Islam akan memunculkan lanskap politik baru dunia. Namun sebaliknya, tidak sedikit pula yang memandang pergolakan politik di Mesir sebagai indikasi kegagalan masa depan politik Islam dan bahwa selamanya Islam disebut sebagai tidak kompatibel dengan demokrasi. Sehingga memunculkan ide bahwa sistem khilafah yang dapat lebih diterima bagi masa depan politik Islam di masa depan tanpa reserve. Optimisme dan pesimisme ini sekaligus dapat memunculkan tantangan tersendiri dalam menata sistem pergerakan politik Islam di masa depan.
Benturan peradaban baru
Pergolakan politik Mesir seakan membangkitkan kembali tesis Samuel P. Huntington bahwa antara Barat dan dunia Islam memang akan senantiasa mengalami sebuah benturan peradaban (the clash of civilization). Meskipun sesungguhnya tesis ini dapat dibantah dan bahwa yang terjadi sesungguhnya bukanlah sebuah benturan peradaban melainkan benturan kepentingan antara Barat (poros AS) dan timur (dunia Islam). Benturan kepentingan ini timbul karena Barat selalu menunjukkan sikap hipokritnya dalam menegakkan nilai-nilai demokrasi dan enggan mengadopsi nilai-nilai dunia Islam. Hipokritisme dunia Barat inilah yang menurut Mahfudz Siddiq sebagai biang kerok dari kemunculan pertarungan dan perbenturan ideologis.
Jika saja AS dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) konsisten dalam menegakkan demokrasi dan menyadari sekaligus mau menerima nilai-nilai Islam maka pembantaian masal (genosida) yang dilakukan junta militer di Mesir akan dapat dicegah semaksimal dan sesegera mungkin. Namun kini terjadi sebaliknya, poros AS berdiam diri dan membiarkan demokrasi terluka dan bedarah-darah. Sementara dunia Islam pun terbelah menjadi dua dalam menyikapi apa yang terjadi di Mesir: Turki, Malaysia dan beberapa negara Islam lainnya menganggapnya sebagai kudeta militer dan poros negara-negara Arab Telukjustru mendukung terjadinya kudeta yang anti demokrasi. Bahkan, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogen menyatakan dukungan dana sebesar US$ 16 miliar dari negara-negara Arab Teluk untuk membiayai kudeta militer di Mesir. Sebuah keterbelahan dalam politik dunia Islam.
Kini masa depan politik Islam seakan mengalami antiklimaksnya. Semula para pengamat politik beranggapan telah terjadi era kebangkitan politik dunia Islam yang ditandai dengan musim semi politik dunia Arab (Arab spring) karena munculnya kepemimpinan Islam di Turki dan terjungkalnya rezim Husni Mubarak yang tentakel kediktatorannya menggurita selama lebih dari 30 tahun.
Bahkan masa depan kebangkitan dunia Islam di Indonesia pun terancam mengalami pengerdilan dengan munculnya stigma baru bagi kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir sebagai organisasi teroris/terlarang dengan berlakunya Keppres junta militer Mesir yang kembali memberlakukan UU No. 73 tahun 1956.
Pergeseran politik global
Kegagalan menjadikan Al-Qaeda sebagai simbol terorisme, sebagaimana disampaikan Mahfudz Siddiq, serta merta memunculkan aktor terorisme baru (IM). Hal ini tentu saja amat menyakitkan bagi IM di Mesir yang telah membuktikan diri bertumbuh dan berkembang sebagai sebuah entitas kekuatan politik yang demokratis dan anti anarkis. Tentu saja ini sebuah tuduhan yang sangat tidak berdasar.
Menyaksikan diamnya AS dan PBB dalam menanggapi pembantaian di Mesir, sungguh memunculkan kekhawatiran mendalam bahwa stigma terorisme yang dilekatkan junta militer kepada IM akan mendapatkan pembenaran di kemudian hari. Jika hal ini terjadi, maka Mahfudz Siddiq berkata benar bahwa akan muncul babak baru politik global.
Di mana posisi umat Islam Indonesia saat kemunculan babak baru politik global ini? Tentu kita berharap kaum Muslim Indonesia akan tetap menjadi arus utama (mainstream) dan energi besar–meminjam istilah Mahfudz Siddiq–dalam membangun lanskap politik (dunia) Islam. Oleh karena itu, sebuah keniscayaan pemimpin Indonesia pada masa yang akan datang haruslah pribadi yang mampu menyatukan energi-energi yang terserak dari dunia Islam yang menjanjikan dentuman dahsyat di jagad perpolitikan dunia. Pribadi seperti Muhammad Mursi dan Recep Tayyib Erdogan dapat dijadikan model sementara saat ini yang selalu mencoba menyatukan energi-energi besar ini. Bahkan pribadi sekelas Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mampu melakukannya jika saja menyadari Indonesia sebagai kekuatan gelombang energi politik Islam yang sangat besar. Kesadaran semacam ini setidaknya akan mampu melepaskan Indonesia dari pengaruh energi politik Barat yang terbukti tidak konsisten dalam memperjuangkan demokrasi seutuhnya.

Khalil Jibali: Amerika Khawatir Dikudeta

Amerika terlihat sangat hati-hati bercampur khawatir dengan perkembangan politik Mesir. Hal ini terlihat dari gerakan Amerika yang mengambil banyak jalur; menteri luar negeri, wakil menteri luar negeri, menteri pertahanan, anggota kongres, dan sebagainya.
Penolakan Ikhwan untuk berdialog dengan Amerika berawal dari keyakinan mereka akan keterlibatan Amerika dalam kudeta. Bahkan Ikhwan menuduh dubes Amerika, Anne Patterson, mensupervisi secara langsung proses kudeta, dan turut mengancam Presiden Mursi beberapa saat sebelum terjadi kudeta.
Sekarang, dubes Amerika pun mengemas kopernya untuk segera meninggalkan Mesir. Hal itu karena indikasi menguat bahwa kudeta tidak akan bertahan lama. Apalagi setelah kunjungan Ashton menemui Presiden Mursi yang menekankan keteguhannya memegang legitimasi dan haknya untuk kembali memimpin Mesir.
Amerika meyakini bahwa sikap Presiden Mursi takkan bisa dirubah dengan peristiwa dan konspirasi. Bahkan kudeta telah menampilkan beliau sebagai orang yang kuat dan tegas, menampilkan Ikhwan sebagai organisasi yang tertata dengan rapi, mudah dimobilisasi, dan memegang kuat tanggung jawab.
Hal inilah yang membuat Amerika meyakini, permasalahan akan tambah berat kalau Presiden Mursi kembali memimpin. Israel juga tampak sangat cemas. Hal itu seperti dipahami dari penyataan Simon Perez bahwa Israel akan dihukum saat kudeta militer Mesir gagal. Beliau juga selalu menyebut-nyebut “Petaka yang akan datang”
Kecemasan ini wajar karena Israel mendukung secara resmi kudeta militer di Mesir. Bahkan Netanyahu memberi pernyataan pada tanggal 29 Juli lalu bahwa keberhasilan kudeta militer di Mesir lebih penting daripada menggagalkan program nuklir di Iran. Oleh karenanya, dia selalu meminta Obama untuk menekan para pemimpin Arab dan lainnya agar berkunjung ke Mesir sehingga lambat-laun pemerintah kudeta mendapatkan legitimasinya.
Amerika menerima tekanan bertubi-tubi dan bermacam-macam; dari Kongres, LSM yang anti kudeta militer, Lobi Yahudi yang khawatir Presiden Mursi kembali memimpin.
Selain itu, pemerintah mempunyai beban mental berupa tidak mulusnya kudeta militer di Mesir, masalah Korea Utara, kebocoran informasi oleh Edward Snowden tentang proyek Amerika dalam pengawasan elektronik terhadap dunia.
Semua ini membuat pemerintah Amerika gamang menjerumuskan diri dalam kudeta militer Mesir. Apalagi yang dikudeta adalah seorang presiden dari kalangan aktifis Islam yang terpilih secara demokratis murni seperti dinilai Jimmy Carter.
Impian Amerika sungguh telah lenyap di Rab’ah Adawiyah. Begitu kuat pendukung Presiden Mursi bertahan dalam demokrasi damai. Di sisi lain, pihak kudeta selalu gagal dalam banyak langkahnya, seperti rekayasa video dan surat kabar, perpecahan internal karena ambisi pribadi para penyokong kudeta, pembubaran dengan kekerasan, jatuhnya banyak korban jiwa, dan sebagainya.
Saat ini Amerika tidak bisa berbuat banyak. Sehingga mendorong Uni Eropa dan beberapa negara Eropa untuk berusaha mempertahankan status kudeta walaupun harus menerima beberapa poin rencana yang harus dirubah.
Semoga kegagalan Amerika dalam kudeta militer Mesir akan membuatnya berpikir ulang dalam melakukan hal serupa di negara-negara yang mengalami Arabic Spring. Walaupun demikian besar tekanan dari negara-negara Teluk seperti Emirat, Bahrain, dan Saudi Arabia. Karena dalam kondisi apapun, Amerika hanya memikirkan kepentingannya, bahkan dalam kondisi kembalinya Presiden Mursi memerintah Mesir.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/04/37596/khalil-jibali-amerika-khawatir-dikudeta/#ixzz2cZymX2uo

Dari dalam Penjara, Khairat Syathir Menolak Kunjungan Delegasi Elit Arab dan Barat

Muhammad Beltagi, salah satu pimpinan Ikhwanul Muslimun (IM) menyebutkan bahwa Khairat Syathir (wakil Mursyid ‘Am IM) menolak untuk bertemu dengan rombongan para pemimpin Arab dan Barat.
Dalam breaking news televisi Aljazeera tadi malam, dituliskan bahwa rombongan yang terdiri dari menlu Emirat, menlu Qathar, wakil menlu Amerika dan lainnya dalam perjalanan menuju penjara Thurra tempat Khairat Shathir ditahan. Khairat sendiri ditahan karena tuduhan yang dibuat-buat berkenaan dengan matinya beberapa perusuh yang menyerang kantor pusat Ikhwanul Muslimun.
Namun beberapa saat setelah berita tersebut, breaking news berikutnya menyebutkan bahwa Khairat menolak kedatangan pejabat tinggi tersebut. Menurut beberapa sumber dari IM, penolakan tersebut karena Khairat Syathir merasa tidak memiliki wewenang untuk mengatas-namakan demonstrasi rakyat yang mendukung Presiden Mursi. Satu-satunya yang bisa diajak bernegosiasi adalah Presiden Mursi sendiri.
Para pengamat menyebutkan bahwa pejabat-pejabat yang berdatangan ke Mesir tidak bertemu dengan Presiden Mursi, karena jika mereka melakukannya sama saja mereka telah mengakui kedudukan Mursi.
Sedangkan pihak penguasa kudeta berusaha menggiring para tamu bertemu dengan Khairat Syahthir untuk memunculkan tokoh baru selain Mursi, dan membuang sejauh-jauhnya nama Mursi yang sedang diperjuangkan para pendukungnya untuk kembali memimpin. Syathir sendiri pernah dicalonkan IM sebagai presiden sebelum akhirnya diganti dengan Mursi pada last minute.
Dr ‘Alaa Shadiq menanggapi penolakan Syathir sebagai kemuliaan baginya. Sebaliknya kehinaan bagi orang-orang yang terlibat dalam kudeta. Beliau menyebutkan, kedatangan rombongan tersebut adalah untuk mencari jalan keluar dari krisis saat ini. Hina sekali, awalnya mereka menuduh Syathir sebagai pembunuh, kini mereka memohon-mohon bertemu. Politik stick and rabbit tidak mempan untuk orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada kewajibannya. Setelah mereka gagal berunding dengan Mursi, mereka ganti dengan Syathir. Rentetan yang ironis; penjaraan à tuduhan yang dibuat-buat à ancaman à negosiasi à janji-janji.