Kamis, 31 Oktober 2013

Jenderal Amerika: Obama Kalah Taruhan

Jenderal McChrystal, mantan panglima militer Amerika di Afganistan dan Irak, mengatakan bahwa Obama memecatku karena aku berbeda pendapat dengannya. Obama menganggap hal itu sebagai campur tangan militer dalam urusan politik.
Padahal saat ini, Obama sendiri yang mendukung seorang jenderal militer di Mesir, yaitu As-Sisi, dalam mengkudeta seorang presiden yang terpilih secara demokratis. Hal ini disampaikan dalam wawancara dengan harian USA Today, dan dikutip oleh situs egyptwindow.net, Sabtu (12/10/2013).
Lebih lanjut McChrystal mempertanyakan, apakah saat ini rakyat Amerika rela kalau militer menangkap dan menahan Obama dan seluruh anggota partainya? Lalu orang-orang yang berdemonstrasi mendukungnya dibunuhi dan dibakar? Kemudian Kongres dibubarkan, dan konstitusi dibatalkan? Tentu rakyat Amerika tidak akan pernah menerima. Tapi hal seperti itulah yang sedang dilakukan pemerintah Amerika di Mesir.
McChrystal juga bertanya-tanya, kenapa kita memerangi demokrasi? Kenapa kita tidak biarkan saja negara itu bangkit dan berdiri? Kita sudah bunuhi ribuan orang di Afganistan, tapi aku hentikan karena selamanya tidak mungkin menang melawan orang-orang Islam. Inilah yang membuat aku dipecat.
Tapi pendapatkulah yang benar. Sampai saat ini kondisi masih belum berubah juga. Boleh dikata, Obama salah memilih kuda taruhannya. Orang-orang Islam memiliki keyakinan dan agama yang membuat mereka tidak pernah berputus asa. Mereka tidak akan pernah bisa dikalahkan di Mesir.

Di Alexandria, Tentara Todong Seorang Gadis

Sebuah foto tersebar di berbagai situs media saat ini. Foto ini menuai banyak kecaman publik. Seorang personil militer Mesir yang masuk dalam divisi “Sha’iqah” (pasukan spesialis dalam operasi cepat) terlihat menodongkan senapan laras panjangnya kepada seorang gadis, di kota Alexandria. Gadis tersebut mengangkat tangannya dengan menunjukkan simbol R4BIA.
Ada yang berkomentar bahwa penguasa kudeta telah berhasil mengubah akidah militer Mesir. Di antara orang yang dianggap bertanggung jawab dalam berubahnya akidah ini adalah Syeikh Ali Jumah yang video rekamannya sempat bocor ke publik. Fatwa beliau telah membuat darah rakyat Mesir menjadi begitu murah di hadapan militer.
Ada juga yang berkomentar bahwa penguasa kudeta saat ini sebenarnya digerakkan oleh intelijen Israel, Mossad. Dia beralasan, ada kesamaan besar antara perlakuan militer terhadap rakyat Mesir dengan perlakuan militer Zionis terhadap rakyat Palestina.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/19/40918/di-alexandria-tentara-todong-seorang-gadis/#ixzz2jIp1PZ6I

Apa di Balik Penghentian Bantuan Militer Amerika untuk Mesir?

‘Ala Abu Nasr, salah seorang pimpinan Koalisi Pro Demokrasi Anti Kudeta, berkomentar bahwa pembekuan sebagian bantuan Amerika untuk militer Mesir tidaklah menunjukkan Amerika tidak mengakui pemerintahan Mesir. Hal itu dilakukan untuk tujuan-tujuan lain. Komentar ini seperti diberitakan di situs islammemo.cc, Kamis (10/10/2013) kemarin.
Tokoh yang berasal dari partai Bina’ wa Tanmiyah ini menyatakan bahwa polemik antara As-Sisi dan menteri pertahanan Amerika hanyalah sandiwara. Karena Amerika tidak bisa dipisahkan dari rencana dan pelaksanaan kudeta di Mesir. Pembekuan sebagian kecil bantuan itu hanyalah usaha Amerika menekan militer Mesir untuk lebih jauh melaksanakan agenda-agenda dan kepentingan Amerika di Mesir.
Keputusan itu, menurutnya tidak menunjukkan Amerika menolak atau marah terhadap aksi kekerasan yang dilakukan militer terhadap rakyat Mesir. Karena tiga bulan telah berlalu dari saat kudeta, tapi aksi-aksi pembunuhan itu masih saja terjadi. Apakah Amerika baru berniat membela HAM rakyat Mesir setelah tiga bulan berlalu? Apakah seterlambat ini sikap mereka?

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/11/40475/apa-di-balik-penghentian-bantuan-militer-amerika-untuk-mesir/#ixzz2jIoa4YdG

600 Milyar Biaya Penangkapan Penentang Kudeta

Sebuah sumber keamanan di Departemen Dalam Negeri Mesir menyebutkan bahwa operasi-operasi penangkapan para penentang kudeta telah menghabiskan dana tidak kurang dari 400 juta Pound (600 milyar Rupiah). Selain untuk menangkapi para penentang kudeta, operasi-operasi itu juga dilakukan untuk menangkapi para pemimpin Ikhwanul Muslimin. Seperti diberitakan situs ikhwanonline.com hari ini, Kamis (24/10/2013).
Sumber itu juga menyebutkan bahwa satu operasi penangkapan pemimpin Ikhwanul Muslimin dan penentang kudeta membutuhkan 20 ribu pound (30 juta Rupiah). Dana itu digunakan untuk hadiah kepada para perwira dan tentara yang ikut dalam operasi penangkapan.
Selain untuk penangkapan, dana yang besar juga digunakan untuk membangun penjara-penjara baru, karena jumlah tahanan saat ini sudah tidak bisa ditampung oleh penjara yang ada. Untuk tahap pertama sudah dianggarkan dana sebesar 80 juta pound (120 milyar rupiah) untuk pembangunan penjara tersebut.

Terasa Ada Perebutan Kekuasaan di Tubuh Militer

Ir. Asyraf Badrudin, anggota dewan tinggi Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) menyatakan bahwa perebutan kekuasaan antara pimpinan militer mulai terlihat. Potongan video pernyataan As-Sisi bocor memperlihatkan bahwa dia hanya ingin menyelamatkan dirinya saja. Dia tidak memikirkan rekan-rekan lainnya yang terlibat dalam kudeta. Tubuh militer saat ini lebih lemah dari rumah laba-laba. Hal ini disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan televisi  Aljazeera, Kamis (10/10/2013) kemarin.
Asyraf menyebutkan bahwa video itu adalah sebuah pesan kepada orang-orang yang masih teguh bahwa perjuangan melawan kudeta mungkin akan berlangsung lama. Tapi setiap harinya, keteguhan dalam berjuang akan selalu menancapkan paku pada peti mati kudeta. Video ini akan menambah kekuatan para pejuang tersebut. Sebaliknya, para pengkudeta merasa semakin ketakutan.
Asyraf mengomentari keputusan memperpanjang masa tahanan sampai waktu yang tidak ditentukan, dan pembredelan beberapa media cetak, telah membunuh ide kebebasan. Namun demikian, rakyat Mesir sudah menjadi rakyat yang melek. Mereka tahu persis apa yang akan dialami Mesir jika kudeta ini berhasil. Mereka juga tahu, apa yang terjadi sekarang adalah skenario yang sudah disiapkan oleh rejim Mubarak sebelum 25 Januari 2011 yang lalu.

Cerita Penasihat Presiden tentang Permintaan Putrinya yang Telah Syahidah

Ahmad Abdul Aziz, mantan penasihat Presiden Mursi menceritakan permintaan putrinya, Habibah, yang telah syahidah pada peristiwa pembantaian Rab’ah Adawiyah.
Di situs egyptwindow.net edisi Kamis (24/10/2013) kemarin, beliau menuliskan:
“Ketika terjadi demonstrasi menggulingkan Mubarak di Bundaran Tahrir, ada banyak anak muda yang dibunuh militer. Jenazah mereka dibuang begitu saja di tempat sampah. Saat itu Habibah menangis dan melaknat habis-habisan militer Husni Mubarak yang melakukan kejahatan itu.
Habibah juga menuntut untuk dilakukan qisas kepada orang-orang yang bertanggung jawab melakukan kejahatan itu. Saat itu aku katakan kepadanya, “Qisas saat ini mustahil dilakukan. Karena tidak ada negara yang menghormati kedudukan manusia dan hukum.”
Mendengar hal tersebut, Habibah semakin sedih dan bertanya, “Jadi kalau tidak ada negara, kita tidak bisa menuntut hak saudara-saudara kita?”
Aku menjawab, “Tidak mustahil. Tapi sulit dilakukan.” Mendengar jawabanku, dia marah, “Jadi kalau aku yang mereka bunuh, ayah tidak bisa menuntut dilakukan qisas yang merupakan hakku? Karena tidak ada negara?”
Aku pun mencoba menenangkannya, “Aku akan berjuang sebisaku untuk menuntut qisas yang menjadi hakmu?”
Habibah tidak puas mendengar jawabanku, “Kalau usaha sebisa mungkin itu tidak cukup untuk saat itu, bagaimana, Ayah?”
Aku mengalah, “Oke, Habibah. Aku akan melakukan hal yang mustahil, demi kamu. Walaupun aku harus pertaruhkan nyawaku. Bukan demi kamu saja, tapi demi semua syuhada yang telah gugur. Semuanya adalah anak-anakku.”

Pakar Media Jerman Berkomentar Tentang Media Mesir

Pakar Media Jerman, Carola Richter, mengungkapkan keheranannya terhadap media Mesir. Bagaimana mungkin media Mesir menolak kebebasan pers yang diberikan Presiden Mursi, dan kini ikut serta dalam menguatkan penguasa militer diktator. Hal ini ditulisnya dalam artikel di situs Qantara, Rabu (30/10/2013) kemarin.
Menurut Richter, yang juga merupakan dosen Komunikasi Internasional di Universitas Berlin, media mempunyai peran sangat besar dalam peperangan antara militer dan kaum revolusi. Medialah yang menampilkan seolah-olah ada demonstrasi besar-besaran yang mendukung kudeta. Oleh karena itu, Ikhwanul Muslimin sangat benar adanya ketika menyatakan bahwa media telah memaksakan opini publik untuk melawan pemerintahan yang sah.
Richter juga mengomentari sikap Naguib Sawiris yang memberikan bantuan dana dan logistik kepada gerakan Tamarrud dalam mengumpulkan tanda tangan menuntut Presiden Mursi mundur. Sikap Sawiris itu menurutnya, menunjukkan bagaimana media massa dieksploitasi sedemikian rupa untuk kepentingan pribadi. Hal itu karena Sawiris yang merupakan seorang Koptik adalah pengusaha kaya yang juga bergerak dalam bidang media.
Tentang kemampuan militer dalam mempengaruhi dan menggerakkan media, Richter berpendapat bahwa hal itu disebabkan adanya cara berpikir kelompok dan memperjuangkan kepentingan individu dalam lembaga-lembaga tersebut.

Koalisi Siap Menerima Inisiatif Solusi dari Mana Pun

Dr. Hamzah Zuba’, juru bicara media Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), menyatakan bahwa Koalisi Pro-Demokrasi dan Anti-Kudeta siap menerima inisiatif solusi dari pihak manapun. Seperti dilansir situs klmty.net, Rabu (30/10/2013) kemarin.
Namun sebelumnya, pihak penguasa kudeta harus mengakui bahwa peralihan yang terjadi pada tanggal 30 Juni lalu adalah sebuah kudeta militer. Penguasa harus mengajukan permohonan maaf kepada rakyat.
Zuba’ juga mengkritik kondisi terakhir, bahwa perguruan tinggi saat ini sudah berubah menjadi lembaga keamanan, bukan lagi lembaga pendidikan. Hal itu ditandai dengan sikap perguruan tinggi yang mengijinkan preman memasuki kampus untuk menyerang pada mahasiswa yang berdemonstrasi damai menentang kudeta. Kerusuhan yang terjadi membuat pihak militer dan polisi untuk memasuki kampus.

Dosen Kedokteran Berceramah Politik dan Melecehkan Ikhwan di Kelasnya

Seorang dosen fisiologi kedokteran diketahui menyampaikan ceramah politik di kelasnya. Ada beberapa mahasiswa yang merekam ceramah ini dengan tujuan untuk menyebarkannya ke publik. Kini ceramah itu telah menyebar, dan menjadi pembicaraan banyak orang.
Siang itu, seharusnya Dr. Sahar Awamiri, menyampaikan kuliahnya tentang penyakit-penyakit darah, di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo. Tapi kemudian beliau keluar dari kerangka ilmiah, dan menyatakan, “Tidak mengapa meminum darah orang-orang Ikhwan.”
Sahar bahkan mengusir dari kelasnya setiap mahasiswa yang menentang kudeta. Tidak hanya itu, beliau juga mengusir setiap mahasiwa yang berjenggot dan mahasiswi yang bercadar walaupun bukan termasuk penentang kudeta.
Sepanjang kuliahnya, Sahar terus menghina dan mencela Ikhwanul Muslimin. Ceramah politiknya itu sesekali disela dengan suara tertawa para mahasiswa dan tepuk tangan mereka.
Saat ini persatuan mahasiswa Universitas Kairo siap menuntut Sahar dengan tuntutan pelecehan mahasiswa dan pengusiran mahasiswa pendukung Ikhwan tanpa alasan yang dibenarkan. Selain itu, direncanakan, mahasiswa kedokteran akan melakukan demonstrasi di depan gedung jurusan Fisiologi pada hari Ahad (3/11/2013) mendatang.

Tokoh Wanita FJP Meninggal Dunia

Siham Gamal, salah seorang pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Mesir, meninggal dunia, Sabtu pagi (12/10/2013) kemarin, akibat luka-luka yang dideritanya saat mengikuti demonstrasi di kota Manshurah.
Siham, yang juga anggota Maktab Irsyad Ikhwanul Muslimin (IM) dikuburkan Sabtu sore kemarin. Jenazah dan para pengantarnya keluar dari masjid Isawi setelah shalat Ashar berjamaah. Di barisan pertama iringan pengantar jenazah, suami beliau, Muhammad Abdurrahman, dan putera-puteri beliau.
Pihak FJP menyatakan bahwa Siham, yang merupakan anggota DPR di masa pemerintahan Presiden Mursi ini,  meninggal dunia karena luka tembakan saat beliau mengikuti demonstrasi hari Jumat (11/10/2013) kemarin.

Rencana Pembunuhan Presiden Mursi Saat Persidangan Senin Mendatang

Penduduk daerah Thurrah menyatakan bahwa kepolisian kudeta melakukan persiapan yang tidak wajar untuk menghadapi hari persidangan Presiden Mursi Senin (4/11/2013) mendatang.
Kepolisian terlihat memotong pepohonan di jalanan, memasang pembatas besi pada pintu masuk dan keluar wilayah tempat dilaksanakannya persidangan Presiden Mursi. Mereka juga meratakan jalan untuk pertama kalinya selama sepuluh tahun terakhir.
Para penduduk juga menyatakan bahwa polisi mendatangi semua rumah yang berada di jalan yang sama dengan gedung Pengawas Kepolisian, tempat persidangan Presiden Mursi. Polisi mencatat data semua penduduk dan  nomor teleponnya. Mereka juga menyampaikan beberapa peraturan berkaitan dengan persidangan tersebut.
Menurut salah seorang penduduk bernama Ahmad Abdul Lathif, polisi memberitahukannya bahwa akan banyak sniper (penembak jitu) tersebar di atap-atap gedung sekitar. Para penduduk dilarang berada di atap gedung di hari itu. Selain itu, mereka juga dilarang membuka jendela atau keluar rumah. Orang yang melanggar akan diinterogasi atau bahkan ditangkap.
Polisi mengabarkan, akan terjadi demonstrasi dan baku-hantam pada hari itu. Polisi akan menggunakan peluru tajam dalam menghadapinya. Abdul Lathif menambahkan, polisi juga melarang penduduk untuk memasukkan peserta demonstrasi ke dalam rumahnya.
Situs rab3atoday.com kemarin, Rabu (30/10/2013) secara eksklusif mengangkat berita adanya rencana pembunuhan Presiden Mursi pada hari persidangannya. Berita didapatkannya dari salah seorang tokoh yang dekat dengan Koalisi Pro-Demokrasi Anti-Kudeta. Tokoh tersebut mendapatkan bocoran dari salah seorang perwira dalam intelijen.
Menurutnya, operasi pembunuhan Presiden Mursi akan dikomandoi oleh intelijen militer. Rencananya, akan ada tim dari intelijen dan milisi Sinai yang akan menyerang penjagaan Presiden Mursi saat memasuki gedung persidangan. Saat itulah Presiden Mursi akan dibunuh beserta sejumlah polisi dan militer yang mengawalnya. Lalu akan diumumkan bahwa Presiden Mursi meninggal karena salah tembak yang dilakukan para penyerang.
Setelah itu Pasukan media juga akan dikerahkan untuk menuduh Ikhwanul Muslimin. Akan dibentuk opini publik bahwa Ikhwanlah yang sengaja membunuh Presiden Mursi dengan tujuan meminimalkan terungkapnya rahasia jamaah yang di dalam persidangan.

Siapakah Hakim yang Akan Mengadili Presiden Mursi?

Nabil Salib Awadallah Iryan, Ketua Pengadilan Banding Kairo dan ketua KPU pusat adalah hakim yang akan mengetuai pengadilan terhadap Presiden Mursi yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Senin (4/11/2103) depan.
Nabil menjadi ketua Pengadilan Banding Kairo melalui keputusan presiden kudeta, Adly Mansur. Nabil dikenal sebagai tokoh yang sangat menentang pemerintahan Presiden Mursi, terutama kebijakan yang berkaitan dengan reformasi peradilan di Mesir.
Umur Nabil kini sudah 69 tahun. Karena umurnya inilah beliau pernah merasa terancam tidak bisa menjadi ketua Pengadilan Banding Kairo. Kalau gagal menjadi ketua pengadilan itu, maka beliau pun gagal menjadi ketua KPU pusat.
Nabil merasakan hal tersebut saat Presiden Mursi mengajukan rencana undang-undang yang menetapkan batas maksimal umur seorang menjadi hakim. Hakim yang mencapai umur tertentu akan dipensiunkan. Rencana undang-undang itu juga merupakan dorongan dari MPR yang mayoritas keanggotaannya berasal dari kaum pergerakan Islam; Ikhwanul Muslimin dan Salafi.

Minggu, 27 Oktober 2013

Warga Alexandria Mesir Demonstrasi Membentuk Rantai Manusia Peringati Pembantaian di Rab’ah Adawiyah

Warga Mesir di kota Alexandria berdemonstrasi membentuk rantai manusia untuk memperingati sebulan pembantaian warga sipil Mesir di Rab’ah Adawiyah, Sabtu (14/9/2013). Mereka demonstrasi di kota Alexandria, tepatnya di Corniche, yaitu jalan-jalan sepanjang pantai, yang panjangnya mencapai 32 KM. Alexandria adalah kota sepanjang pantai laut Mediterania yang indah. Jalan utama kota berada di pesisir pantai yang indah. Mereka berdemonstrasi sambil mengusul simbol R4BIA.
Sebulan yang lalu (14/8/2013), ribuan warga Mesir syahid setelah dibantai oleh militer pemerintahan kudeta Mesir, di samping korban yang luka-luka. Mereka berdemonstrasi untuk menolak kudeta. Hingga hari ini, warga Mesir terus berdemonstrasi di berbagai pelosok Mesir untuk menolak kudeta dan meminta mengembalikan pemerintahan yang sah dan Presiden Mursi.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/09/15/39266/warga-alexandria-mesir-demonstrasi-membentuk-rantai-manusia-peringati-pembantaian-di-rabah-adawiyah/#ixzz2izNz25jt

Saudi Siap Deportasi Jamaah Haji yang Demonstrasi

Muhammad Mukhtar, menteri Wakaf Mesir dan sekaligus Amirul Haj Mesir, menyatakan Kamis (10/10/2013) kemarin, bahwa dirinya telah meminta Bandar Hajar, menteri Haji Saudi, untuk mendeportasi anggota Ikhwanul Muslimin jika mereka melakukan demonstrasi menentang kudeta di Mesir. Menurutnya, pihak Saudi siap memenuhi permintaan tersebut.
Kepada tim media haji yang saat ini juga sudah berada di Jeddah, Mukhtar menyatakan bahwa Kementerian Wakaf telah melakukan usaha penyadaran kepada para jamaah untuk tidak menggunakan simbol politik apa pun selama musim haji, karena hal itu hukumnya haram dalam Islam.
Beliau menambahkan, Ikhwanul Muslimin adalah organisasi yang mempunyai jaringan internasional. Sangat dikhawatirkan anggota-anggota jaringan tersebut akan melakukan demonstrasi atau aktivitas politik apa pun pada musim haji ini. Tindakan seperti itu bertujuan mengeruhkan hubungan Mesir dan Saudi.
Sedangkan pihak Saudi, menurutnya, telah menyatakan kesiapannya untuk memberikan rasa aman kepada jamaah haji dan mencegah terjadinya eksploitasi musim haji untuk ideologi atau simbol politik tertentu.

Ucapan Selamat Hari Raya dari Presiden Mursi

Keluarga menyampaikan pesan Presiden Mursi kepada seluruh rakyat Mesir. Beliau menyatakan akan tetap teguh dan kuat hingga nafas terakhir. Beliau tidak akan pernah menyerah dalam mempertahankan pemerintahan yang sah. Kekuatannya itu tidak akan bisa dikalahkan, walaupun dengan cara menculik dan mengadilinya secara dhalim. Hal ini seperti ditulis dalam situs resmi FJP, fj-p.com, Ahad (13/10/2013) kemarin.
Keterangan pers keluarga Presiden Mursi ini ditanda-tangani putera beliau, Usamah Mursi. Keterangan dikeluarkan dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha tahun ini. Disebutkan di dalamnya, bahwa walaupun diculik dan diasingkan dengan cara yang tidak legal, Presiden Mursi tetap akan memperjuangkan demokrasi dan kebebasan di Mesir, walaupun nyawa menjadi taruhannya.
Lebih jelas, keluarga menyebutkan bahwa Presiden Mursi tidak akan dengan mudah menerima soluasi diplomasi dan mediasi, apalagi setelah ribuan orang meninggal, terluka, hilang, dan dipenjara, dalam memperjuangkan pemerintahan yang sah selama ini.
Keluarga menyebutkan bahwa kekuatan dan keteguhan Presiden Mursi itu berasal dari kekuatan dan keteguhan para pendukungnya. Oleh karena itu, perjuangan damai mengembalikan pemerintahan yang sah harus terus dilakukan. Bukan untuk membela pribadi Presiden Mursi, tapi untuk membela negara yang saat ini sedang diculik dan diobrak-abrik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab.
Terakhir, Presiden Mursi menyampaikan salam hormat kepada seluruh keluarga yang kehilangan anggota keluarganya dalam memperjuangkan kebenaran. Dengan kehendak Allah swt., pengorbanan ini akan berakhir dengan kemenangan.

Kisah Memilukan Mahasiswi Al-Azhar di Penjara Kudeta

Penangkapan terhadap pelajar dan mahasiswa terus berlangsung. Penangkapan itu juga tidak mengecualikan kaum hawa. Umamah Gharib, seorang mahasiswi tahun pertama Fakultas Dirasat Islamiyah (Islamic Studies) Universitas Al-Azhar salah satu di antara mereka.
Situs klmty.net edisi Ahad (13/10/2013) mengabarkan bahwa Umamah kini sedang menderita sakit dan menggigil kedinginan karena harus tidur di lantai penjaranya. Dia digabungkan dengan tahanan wanita kriminal, sehingga pernafasannya juga terganggu akibat asap rokok mereka.
Dalam pemeriksaan yang berlangsung dua jam, Umamah mendapatkan pukulan sangat keras hingga keluar ruangan dalam kondisi seperti meninggal dunia. Dirinya sempat dirawat di bagian kesehatan di kantor polisi Azbakiyah, dan kini dibawa mobil ambulan ke tujuan yang belum bisa diketahui.
Umamah ditangkap pada tanggal 6 Oktober yang lain di masjid Al-Fath, Ramses. Dirinya dikenakan tuduhan yang dibuat-buat, yaitu membunuh seorang polisi. Sejak awal, tidak ada pengacara yang diperkenankan mendampinginya.

4 November, Koalisi Lakukan Aksi di Seluruh Dunia

Koalisi Nasional Pro Demokrasi Anti Kudeta menjadikan tanggal 4 November sebagai awal dibawanya krisis Mesir ke dunia internasional. Demikian disampaikan Ali Khufaji, salah seorang pimpinan dan juru bicara Koalisi dalam keterangan persnya, Kamis (24/10/2013) kemarin.
Dipilihnya tanggal 4 November bukan tanpa alasan. Pada tanggal tersebut dimulainya persidangan Presiden Mursi. Koalisi ingin menjadikannya hari solidaritas untuk seluruh tahanan di penjara kudeta.
Pada tanggal tersebut, aksi Koalisi tidak hanya akan dilakukan di dalam negeri. Koalisi sudah melakukan komunikasi dengan komunitas-komunitas warga Mesir yang berada di luar negeri. Mereka akan melakukan aksi-aksi demonstrasi, terutama di kantor-kantor kedubes Mesir di berbagai negara.
Koalisi menetapkan bahwa tema yang akan diusung untuk tahapan-tahapan mendatang adalah tentang penderitaan para tahanan di penjara-penjara kudeta. Kebanyakan mereka, terutama para elit politiknya, ditempatkan di sel-sel isolasi, diperlakukan dengan sangat buruk, dan tidak diijinkan mendapat kunjungan dari keluarga dan kerabat.

Al-Azhar Kembalikan Peran Sejarahnya

Pengamat politik, Dr. Sarhan Sulaiman, mengatakan bahwa Al-Azhar telah mengembalikan peran politiknya yang besar. Dalam sejarah, Al-Azhar selalu menjadi penentang utama penguasa diktator. Hal ini tentu membuat kaum pengkudeta saat ini merasa kehilangan mukanya. Demonstrasi Ini seperti tamparan yang tepat mengenai wajah mereka yang selama ini terbuka dan tidak mempunyai rasa malu.
Komentar ini disampaikannya dalam status yang ditulis akun facebooknya, setelah terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa Al-Azhar Ahad siang (20/10/2013) kemarin. Sarhan pun menanyakan, setelah terjadi demonstrasi yang besar ini, kenapa perdana menteri kudeta, Hazim Bablawi dan orang-orangnya tidak mengeluarkan pernyataan bahwa aksi terorisme kian meningkat?
Pertanyaan ini tepat disampaikan, karena dalam keyakinan rakyat Mesir, Al-Azhar adalah benteng pemahaman Islam moderat. Pemerintah kudeta pun menyatakan demikian; para khatib di seluruh Mesir harus berasal dari alumni Al-Azhar, selain mereka dipaksa harus meninggalkan mimbarnya setiap hari Jumat.

Pernyataan Ikhwanul Muslimin Menyambut Hari Raya Idul Adha di Tengah Perjuangan Menentang Kudeta

Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir, pada hari Senin (14/10/2013) mengeluarkan pernyataan resminya dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha. Berikut pernyataan selengkapnya:
“Kami, Ikhwanul Muslimin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha yang penuh berkah. Sungguh kami menginginkan ucapan selamat kali ini benar-benar penuh dengan kebahagiaan tanpa ada kesedihan sedikitpun. Tapi apa mau dikata, saat ini kita hidup di negeri yang diculik, dan rakyat yang dicederai. Negeri kita telah diculik sekelompok militer.
Mereka mengkudeta pemerintah yang sah, menyia-nyiakan kehendak rakyat yang terwujud dalam hasil lima pemilu dan referendum. Pemilu dan referendum tersebut telah dilakukan dengan bersih, diikuti oleh puluhan juta rakyat. Mereka memilih parlemen dan presiden sipil untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir. Selain itu, mereka juga telah mensahkan sebuah konstitusi yang sangat agung. Untuk perhelatan demokrasi itu, negara telah menghabiskan milyaran Pounds, waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
Namun demikian, tiba-tiba seorang menteri pertahanan bernama As-Sisi menghapus semua itu. Dia berlagak seperti seorang firaun yang mengatakan, “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”. Perkataan yang melambangkan kediktatoran, yang memang sudah digemari pemimpin Mesir sejak jaman kuno.
Tidak hanya berkhianat dan melanggar janji setianya, dia juga telah menculik presiden, dan menahannya di tempat yang tidak diketahui. Dia menggunakan orang-orang yang sudah mati perasaannya untuk menyusun tuduhan-tuduhan yang diketahui semua orang sebagai sebuah kebohongan.
Dia juga telah melakukan pembantaian-pembantaian kepada rakyat. Ribuan orang meninggal, puluhan ribu luka, dan belasan ribu meringkuk di penjara. Pembantaian itu menggunakan senjata militer yang sebenarnya adalah milik rakyat. Seharusnya digunakan untuk melindungi rakyat.
As-Sisi membentuk komisi untuk mengamandemen konstitusi yang telah disahkan 64% rakyat peserta referendum. Ternyata bagian yang diamandemen semuanya berkaitan dengan identitas Mesir, moral, pilar keluarga, kebudayaan, dan lainnya. Ini menunjukkan permusuhan yang sangat kentara terhadap semua hal yang berbau Islam.
Ada anggota komisi bahkan mengatakan bahwa konstitusi tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan agama. Ada juga yang mengatakan bahwa Mesir adalah sebuah negara Arab, tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan yang namanya umat Islam. Lebih dari itu, ada yang mengatakan bahwa Mesir, dari awalnya sudah merupakan sebuah negara sekular.
Saat ini, ketika datang musim haji, seluruh umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di satu tempat dan satu waktu. Ini membuktikan bahwa umat Islam adalah sebuah umat yang bersatu. Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” Agama Islam adalah faktor pemersatu yang paling kuat dalam masyarakat-masyarakat Islam. Oleh karena itu, tidak ada satu pun orang yang bisa merubah identitas masyarakat Islam, atau menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Sebenarnya Hari Raya adalah kesempatan untuk menyatukan hati-hati umat Islam, dan menghilangkan pertikaian di antara mereka. Tapi pada Hari Raya kali ini, kaum pengkudeta telah memecah rakyat Mesir menjadi dua bagian. Di antara dua bagian tersebut terdapat dinding pemisah yang sangat tebal. Dinding kebencian dan permusuhan. Padahal awalnya hanya berupa perbedaan afiliasi politik yang bisa diselesaikan dengan perangkat demokrasi. Namun kaum pengkudeta telah menggunakan militer untuk menjadikan perbedaan politik tersebut menjadi pertikaian antar saudara. Tanpa kesabaran dan kehati-hatian para penentang kudeta, mungkin saat ini telah terjadi perang saudara yang sangat diinginkan musuh-musuh Islam.
Pemerintahan kudeta yang sangat kejam telah merugikan rakyat dalam segala bidang. Saat ini rakyat hidup dalam kesusahan dan perasaan tidak aman. Terasa hilang hingar-bingar kebahagiaan Hari Raya. Mesir mundur dalam demokrasi dan kedudukan politiknya di dunia internasional. Namun demikian, kaum pengkudeta seakan tuli dan buta, tetap ingin meneruskan niat buruk mereka.
Menghadapi hal tersebut, rakyat Mesir tetap teguh dan kuat, melawan kudeta di semua tempat. Telah lebih dari 100 hari perlawanan. Tidak akan berhenti sebelum kudeta diakhiri. Sebelum rakyat kembali bersatu. Sebelum keamanan, kebebasan, keadilan, kebangkitan dan kemajuan kembali dirasakan rakyat Mesir. Rakyatlah yang memiliki kekuasaan.
Itulah saat yang layak kita jadikan Hari Raya, karena telah memberikan kebahagiaan kepada seluruh rakyat. Apakah itu akan lama datangnya? Tidak, kedatangan hari itu sebentar lagi.
Terakhir kami mengajak seluruh Ikhwan di Mesir untuk turut memberikan jaminan sosial kepada keluarga para syuhada, korban luka, keluarga orang-orang yang masih dipenjara, anak-anak yatim, janda, dan para ibu yang kehilangan anaknya. Kami mengajak seluruh Ikhwan untuk selalu berkomunikasi dengan mereka, selayaknya kita sebagai rakyat Mesir. Kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha.”

Hari Pertama Belajar, Demonstrasi di Setiap Kampus

Hari ini Ahad (22/9/2013) dimulai proses belajar di seluruh kampus secara serempak. Namun demikian, hari pertama ini malah dijadikan untuk berdemonstrasi di seluruh Mesir.
Di Benha, Universitas Benha menjadi layaknya barak militer. Komplek kampus dibagi menjadi 8 daerah militer. Setiap daerah dipimpin oleh seorang perwira militer dengan pangkat kolonel. Terdapat juga dua regu militer yang dipersenjatai dengan tongkat karet.
Di seluruh komplek universitas ini telah dipasang 35 kamera CCTV, 25 pintu pemeriksaan elektronik, dan 25 cermin untuk memeriksa bagian bawah mobil. Di luar, jalan-jalan menuju kampus juga telah dijaga oleh kepolisian tingkat propinsi.
Sedangkan di Zaqaziq, mahasiswa melakukan demonstrasi. Namun mereka diserang oleh sekelompok preman sehingga terjatuh beberapa korban luka.
Di Suez, mahasiswa melakukan demonstrasi berupa pawai. Sedangkan di Almenya, ribuan mahasiswa melakukan pawai dengan mengangkat poster-poster yang menentang kejahatan-kejahatan militer terhadap rakyat Mesir, menuntut diberhentikannya pemerintahan kudeta dan diajukannya pimpinan militer ke pengadilan internasional.
Seluruh mahasiswa menolak segala bentuk upaya membungkam pendapat rakyat, dan menyatakan akan tetap melanjutkan perjuangan mereka hingga pemerintah kudeta berakhir.

Tindak Kekerasan Semakin Menguatkan Tuntutan Mahasiswa

Suhaib Abdul Maqshud, jurr bicara mahasiswa Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan militer kudeta hanya akan menguatkan tuntutan mahasiswa. Demikian status yang ditulis di akun facebooknya hari ini, Selasa (22/10/2013).
Penguasa kudeta hingga kini masih saja melanggar hak-hak, mengancam masa depan, menculik, dan mengurung mahasiswa yang menentang kudeta militer. Menurut Suhaib, hal ini tidak akan menguntungkan penguasa kudeta, bahkan sebaliknya akan membangkitkan semangat mereka dalam menuntut dan melancarkan aksi-aksi demonstrasi. Karena darah para syuhada menjadi bahan bakar demonstrasi mereka. Semakin banyak korban, semakin besar aksi mereka. Hal tersebut akan terus berlangsung hingga pemerintah kudeta diruntuhkan.
Akhir pekan ini, terjadi banyak aksi yang dilakukan mahasiswa di berbagai universitas di provinsi-provinsi Mesir. Demonstari terbesar terjadi di Universitas Al-Azhar, Kairo. Di Al-Azhar bahkan sempat terjadi aksi pembubaran paksa yang menjatuhkan banyak korban.

Satu Orang Mahasiswa Kembali Meninggal di Manshurah

Muhammad Jalal Orabi, seorang mahasiswa tahun pertama Fakultas Hukum Universitas Manshurah meninggal dunia Senin (7/10/2013) sore di Manshurah.
Orabi meninggal setelah ditusuk dengan senjata tajam oleh preman pendukung kudeta yang bekerja sama dengan kepolisian dalam menghadapi aksi penentangan kudeta. Peristiwa tersebut terjadi ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi pawai dimulai dari gerbang Fakultas Kedokteran dan bergerak sepanjang jalan Jihan.
Pawai mereka dihadang oleh sekelompok preman dan polisi, hingga menyebabkan satu meninggal dan 35 orang lainnya terluka. Sebagian mahasiswa terluka ketika dikejar polisi hingga ke dalam kampus universitas. Karena pihak universitas mengijinkan polisi melakukan pengejaran demonstran hingga ke dalam kampus.

Perempuan Mesir Berdemonstrasi, Protes Terhadap Pemerintahan Kudeta

Di beberapa provinsi di Mesir telah terjadi penangkapan terhadap kaum perempuan oleh militer pemerintahan kudeta setempat. Melihat hal itu terjadi, sontak kaum perempuan Mesir dari berbagai kalangan melakukan demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap tindakan militer pemerintahan kudeta tersebut. Mereka berdemonstrasi untuk membela hak sesama mereka dan melawan tindakan militer pemerintahan kudeta yang sewenang-wenang.
Dalam demonstrasi yang dilakukan Sabtu (14/9/2013) tersebut, mereka juga mengusung simbol R4BIA yang merupakan simbol solidaritas terhadap peristiwa pembantaian di Rab’ah Adawiyah sebulan yang lalu. Simbol ini pertama kali diperkenalkan oleh PM Turki Recep Tayip Erdogan. Demonstrasi kaum perempuan Mesir ini sendiri dilakukan tepat sebulan setelah peristiwa pembantaian itu terjadi.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/09/15/39279/perempuan-mesir-berdemonstrasi-protes-terhadap-pemerintahan-kudeta/#ixzz2iz8On063

Pelatih Mendukung R4BIA, Ghana Pun Menang Telak

Para aktivis jejaring sosial facebook saat ini sedang banyak membincangkan foto solidaritas rakyat Ghana terhadap perjuangan menentang kudeta di Mesir. Di antara foto tersebut menunjukkan kru pelatih timnas Ghana yang mengangkat tangan dengan simbol R4BIA. Foto tersebut diambil sebelum pertandingan melawan timnas Mesir dalam penyisihan piala dunia Brazil, Selasa (15/10/2013) kemarin, di Kumasi, Ghana.
Selain foto tersebut, ada juga foto para pendukung Ghana yang membawa spanduk dan kaos berwarna kuning bertuliskan R4BIA. Pertandingan Mesir-Ghana tersebut berakhir dengan kemenangan Ghana 6-1. Kekalahan Mesir ini memancing kritik keras dari rakyat Mesir. Pengamat politik, Hatim Azam misalnya, mengatakan bahwa As-Sisi memang memerangi semua yang bersifat muntakhab (pilihan). Kemarin presiden muntakhab (hasil pemilu), sekarang muntakhab Mesir (timnas Mesir). Kudeta memang selalu membawa nahas.
Padahal banyak pengamat bola melihat kondisi timnas Mesir jauh lebih baik dan ideal daripada timnas Ghana. Sebelum pertandingan, pengamat bola Mesir, Hazim Imam dan Mido menyampaikan di stasiun Aljazeera +8 bahwa banyak anggota timnas Ghana yang berhalangan main pada pertandingan ini. Sedangkan timnas Mesir tampil dengan skuad yang sempurna.

Presiden Ghana: As-Sisi Berusaha Menyuap Timnas Negaranya

Presiden Ghana, John Dramani Mahama, menyebutkan bahwa As-Sisi berusaha menyuap para pemain Timnas Ghana agar mereka mengalah saat menghadapi timnas Mesir dalam pertandingan penyisihan Piala Dunia beberapa waktu mendatang di Kairo.
Menurutnya, usaha penyuapan itu dilakukan melalui kedutaan besar Mesir di Accra. Hal ini menyusul kekalahan timnas Mesir saat 6-1 saat melawan timnas Ghana di Kumasi, 15 Oktober yang lalu. Kekalahan ini banyak mendapatkan kritikan publik. Padahal pemerintah kudeta di Mesir ingin menjadikan kemenangan timnasnya sebagai salah satu keberhasilan pemerintah.
Menyikapi tindakan Mesir ini, Mahama menyatakan akan melaporkan kasus usaha penyuapan ini ke persatuan sepak bola Afrika (CAF) sesegera mungkin. Bahkan pihaknya juga mengancam dubes Mesir di Accra, “Dia akan pulang ke Kairo dengan berjalan kaki, jika tidak menghentikan usaha penyuapan ini.”
Di pihak lain, hari ini, Ahad (27/10/2013), penulis sejarah Mesir, Muhammad Jawadi menuliskan di akun twitternya bahwa As-Sisi menyiapkan US$ 12 milyar untuk menyuap timnas Ghana sehingga lolos ke putaran final Piala Dunia di Brazil. Menurutnya, dana sebesar itu tidaklah seberapa dibanding dengan keuntungan mendapatkan pengakuan rakyat terhadap penguasa kudeta, atau minimal menina-bobokkan rakyat Mesir yang akan mengikuti dan mendukung timnasnya sehingga melupakan demonstrasi.

Para Penentang Kudeta Alami Keracunan Massal di Penjara

Seorang aktivis HAM, Muhammad Abul Azam, hari ini Ahad (27/10/2013), menyatakan telah terjadi keracunan massal pada para tahanan di penjara Kamp Abu Salim, di Bani Suwaif.
Tokoh yang termasuk pendiri gerakan Lawyer Anti Kudeta ini mengabarkan bahwa keracunan tersebut terjadi setelah pihak penjara memberikan makanan yang ternyata mengandung racun, atau sengaja dicampur racun.
Abul Azam meminta lembaga-lembaga HAM untuk segera melakukan intervensi dan menyelidiki bagaimana sebenarnya perlakuan yang diterima para tahanan penentang kudeta itu di penjara. Karena saat ini banyak sekali berita yang mengabarkan bahwa perlakuan terhadap mereka tidak manusiawi.

Kisah Seorang Gadis Bersama Presiden Mursi

Seorang gadis menceritakan pengalamanannya melaksanakan shalat subuh berjamaah bersama Presiden Mursi di sebuah masjid di Tajammu’ Khamis, Kairo.
“Sepanjang bulan Juni yang lalu, aku selalu melaksanakan shalat subuh bersama Presiden Mursi di sebuah masjid di Tajammu’ Khamis.
Biasanya, tempat jamaah ibu-ibu di masjid itu tidak dibuka pada waktu shalat subuh. Maka aku shalat di bagian jamaah laki-laki paling belakang. Aku ingin sekali melihat Presiden Mursi secara langsung. Aku dengar beliau selalu melaksanakan shalat berjamaah di sini.
Di hari pertama, setelah shalat aku lihat Presiden Mursi duduk setelah selesai shalat subuh. Aku perhatikan beliau berdzikir dan membaca Al-Qur’an.
Tidak lama kemudian, datang seorang pengawal pribadi Presiden mendekatiku. Dia memulai perbincangan, “Assalamu ‘alaikum, Mbak.”
“Wa’alikumussalam.”
“Mbak duduk di sini, ada perlu?” dia mulai menyelidiku.
Aku menjawab, “Perlu? Apakah duduk di masjid dilarang?”
Dia merasa bersalah, kemudian berkata lagi, “Oh maaf, bukan maksudku seperti itu. Tadi Presiden memerintahkanku untuk bertanya kepada Mbak. Kalau-kalau Mbak ada perlu.”
Aku menjawab sekenanya, “Perlu, perlu apa?”
Dia menerangkan, “Iya, Presiden melihat Mbak duduk di sini. Dia ingin tanya, apakah Mbak ada hal yang perlu dibicarakan dengan beliau. Kalau ada, beliau mempersilahkan Mbak menemuinya.”
Aku menjawab, “Nggak. Nggak ada perlu apa-apa. Katakan pada presiden aku memang ingin duduk di sini, untuk tilawah beberapa halaman saja.”
Perbincangan itu pun berakhir. Pengawal itu mengatakan, “Oke, kalau begitu.” Lalu dia pergi.
Setelah itu aku lihat, Presiden Mursi menengok kepadaku dan tersenyum hormat. Aku pun membalas dengan senyum dan mengangkat tangan tanda hormat. Lalu aku pergi meninggalkan masjid. Aku sungguh merindukan sosok itu kembali di Mesir.”

Mungkinkah Presiden Mursi Mendapat Nobel Perdamaian?

Beberapa orang aktivis saat ini mulai melancarkan program menjadikan Presiden Mursi mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. Di antara aktivis tersebut adalah Hamdi Syafiq. Dia menuliskan dalam akun faacebooknya, Jumat (25/10/2013), sangat bahagia berkesempatan menjadi orang yang pertama kali mengusulkan ide tersebut.
Syafiq mengajak seluruh aktivis kemanusiaan di dunia internasional untuk membantu keberhasilan proyek ini.
Menurut Syafiq, ada banyak alasan yang bisa membuat Presiden Mursi layak mendapatkan penghargaan tersebut. Kita coba bandingkan dengan peraih lain, seperti Nelson Mandella. Mandella meraih Nobel karena menjadi tahanan politik, Presiden Mursi pun saat ini adalah tahanan politik paling terkenal di dunia. Bahkan Presiden Mursi lebih berhak lagi, karena Mandella hanya sekadar tokoh pemimpin politik tanpa jabatan, sedangkan Mursi adalah seorang yang mempunyai jabatan presiden.
Presiden Mursi juga sudah langganan ditangkap dan ditahan pihak pemerintah sepanjang hidupnya. Setelah rakyat memilihnya sebagai presiden, beliau digulingkan, diculik, dan saat ini tidak diketahui tempat penahanannya.
Presiden Mursi saat ini menjadi lambang keteguhan dalam mempertahankan prinsip. Beliau selalu mendapatkan tekanan untuk memaksanya melepas jabatan, tapi hingga kini tetap teguh memegangnya.
Kalau kita bandingkan dengan peraih lain dari Yaman, Tawakkul Karman, dia mendapatkan Nobel Perdamaian karena aktifnya dalam perjuangan reformasi politik di Yaman melawan rejim Abdullah Ali Shalih. Kita tidak ragu mengatakan bahwa peran Presiden Mursi dalam reformasi Mesir jauh lebih besar dari pada peran Karman di Yaman. Peran ini beliau mainkan sebelum, saat dan setelah jatuhnya rejim Mubarak.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/25/41130/mungkinkah-presiden-mursi-mendapat-nobel-perdamaian/#ixzz2iz5EtXKu

122 Negara Keluar Sidang Saat Menlu Kudeta Mesir Sampaikan Sambutan

Saat ini sedang ramai perbincangan tentang suasana sambutan menlu kudeta Mesir, Nabil Fahmi, dalam rentetan sidang Majelis Umum PBB dilaksanakan antara 16 hingga 26 Oktober ini. Ketika Nabil menyampaikan sambutannya, terlihat banyak sekali kursi perwakilan negara yang kosong. Ada 122 perwakilan negara yang tidak mengikuti sidang tersebut.
Oleh karena itu, Nabil hanya menyampaikan sambutannya di depan beberapa negara yang tersisa di ruangan sidang. Kebanyakannya adalah negara-negara yang mendukung kudeta. Di antaranya Saudi, Iran, Israel, Emirat, Kuwait, Suriah, Benin, Togo, Gambia, dan Kroasia.
Suasana sangat berbeda ketika dalam kesempatan yang sama tahun lalu, Presiden Mursi mengetuai rombongan delegasi Mesir. Beliau mendapat sambutan yang sangat hangat dari para perwakilan negara-negara. Bahkan tercatat tidak ada satu pun negara yang absen dalam sidang pembacaan sambutan Presiden Mursi saat itu.

Korban Demonstrasi Damai 6 Oktober Terus Berjatuhan

Minggu (6/10) kembali terjadi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan kudeta mesir dihampir seluruh wilayah Mesir. Para demonstran memenuhi tempat-tempat berkumpul di seluruh Mesir.
Namun, lagi-lagi pihak kudeta menghadapi demonstrasi damai ini dengan tindakan brutal dan pembantaian. Sampai berita ini diturunkan, 28 orang syahid dan puluhan lainnya terluka dan korban masih terus bertambah.

Pengamat Militer: Mesir Hanya Aman Jika Presiden Mursi Kembali Memimpin

Brigadir Shafwat Zayyat, seorang pakar dalam politik dan militer, mengomentari kondisi keamanan yang tidak kunjung normal di Mesir. Menurutnya, adanya seorang presiden dari kalangan sipil yang terpilih, dan parlemen yang diisi dari kalangan sipil adalah satu-satunya solusi untuk mengeluarkan negara dari masalah Mesir.
Karena presiden dan parlemen inilah yang diberi wewenang dalam menentukan cara menghadapi krisis-krisis ini. Hal ini beliau sampaikan saat diwawancarai oleh stasiun Aljazeera, Senin (7/10/2013).
Zayyat juga menyebutkan bahwa Mesir baru akan aman jika dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih dalam sebuah pemilu yang bersih. Tentang beredarnya isu bahwa adanya Islam politik membahayakan keamanan negara, beliau menyebutnya sebagai sebuah isu yang tidak berdasar. Karena bahaya yang sebenarnya adalah jika militer sibuk berpolitik, sehingga tidak lagi memperhatikan keamanan perbatasan.

Chomsky: Buktikan Segera, Mursi Akan Kembali

Penulis dan pemikir Amerika, Noam Chomsky menyatakan bahwa saat ini sedang dilakukan persiapan dan komunikasi untuk menyiapkan kembalinya Presiden Mursi memerintah Mesir. Dalam sebuah ceramahnya di Universitas California, seperti yang diberitakan situs akhbarak.net edisi Selasa (15/10/2013), beliau memastikan kebenaran analisisnya selama ini, karena sumber-sumber informasinya dekat dengan pusat pengambilan keputusan.
Menurutnya, selain As-Sisi terlihat tidak bisa lagi mencegah kebocoran rahasia-rahasianya, sekarang sudah terjadi pertikaian dalam internal militer sendiri. Baik secara tertutup ataupun terbuka dan diketahui oleh publik. Sebelumnya, Chomsky juga sudah mengatakan bahwa jatuhnya kekuasaan kudeta baru akan dimulai jika terjadi pertikaian di internal mereka. Dan hal itu sekarang sudah diketahui semua orang.
Beliau membela diri ketika dituduh lebih memihak kepada Presiden Mursi, “Aku dituduh lebih mencintai dan memihak Presiden Mursi. Bahkan ada salah seorang teman menuduhku menjadi agen Ikhwanul Muslimin. Maka saat ini aku ingin menjawab, bahwa benar aku mencintai Presiden Mursi karena dialah presiden yang sah. Dia seorang presiden yang tidak terbukti sama sekali melakukan korupsi. Tapi walaupun demikian, aku bukanlah seorang pengikut atau anggota Ikhwanul Muslimin. Bahkan seorang muslim pun tidak. Aku aku sangat benci orang-orang yang perbuatannya menyalahi perkataannya.”
Chomsky juga mengatakan bahwa dirinya sering berkomunikasi dengan Muhammad Hasanain Haikal, seorang kolumnis dan jurnalis senior di Mesir, yang mendukung kudeta militer. Suatu kali Haikal bertanya kepadaku tentang sebab aku menulis artikel yang mengatakan bahwa Presiden Mursi akan kembali memimpin Mesir. Haikal juga menanyakan bukti yang membuat Chomsky bisa demikian yakin dengan hal tersebut.
Chomsky menjawab bahwa pihak pengkudeta telah memberi Ikhwan semua tawaran, termasuk menjadi perdana menteri, tapi Ikhwan selalu menolak. Maka kira-kira apa tawaran tersisa yang akan diberikan? Tawaran itu pasti kembalinya Presiden Mursi memimpin Mesir.
Chomsky sangat menyayangkan sikap Haikal. Menurutnya, Haikal telah mencoreng sejarah panjangnya, bahkan di akhir-akhir masa hidupnya. Sejarah akan menulisnya hanya sebagai penyebab meninggalnya ribuan rakyat Mesir.
Chomsky mengakhiri ceramahnya dengan mengatakan, “Di ruangan ini, aku katakan bahwa Presiden Mursi akan kembali. Dia akan menjadi negarawan Mesir. Mesir juga akan menjadi negara yang lebih kuat lagi. Para korban pembantaian Rab’ah Adawiyah adalah bayaran yang telah dipersembahkan demi kebebasan rakyat Mesir yang jumlahnya sekitar 100 juta jiwa. Dunia tidak mau memberi mereka kebebasan, sehingga mereka pun melakukan revolusi yang suci. Buktikan kebenaran perkataanku ini sebentar lagi.”

Putera Beltagi Menceritakan Kondisi Ayahnya di Penjara

Husam Beltagi, putera bungsu Muhammad Beltagi mengatakan, “Kunjunganku yang terakhir kepada ayah hanya berlangsung 2 menit. Padahal aturan membolehkan kunjungan dua jam.” Hal ini ditulisnya dalam akun facebooknya hari ini, Ahad (29/9/2013).
Menurutnya, saat ini ayahnya ditempatkan di sebuah ruangan kecil di bangsal penyiksaan. Beliau sendirian di ruang itu. Hanya keluar ruangan kalau diperiksa. Bahkan beliau juga tidak diperkenankan melaksanakan shalat Jumat dan shalat jamaah.
Husam menceritakan bahwa ayahnya menghabiskan waktu di ruangannya dengan bertasbih, istighfar, dan mendoakan umat Islam, memohon kemenangan, dan mendoakan para syuhada, termasuk puterinya Asmaa.
Terakhir, Beltagi juga mengirimkan pesan ketabahan kepada seluruh rakyat Mesir. Beliau meminta agar perlawanan terhadap para pengkhianat tetap dilakukan hingga mendapatkan kemenangan.