Gamal Ali Yunus, seorang direktur di Kementrian Wakaf menyebutkan
bahwa pihaknya telah memberhentikan 2200 imam masjid di propinsi Fayoum,
Kamis (5/9/2013) kemarin. Eksekusi ini adalah untuk melaksanakan
keputusan Menteri Wakaf, Muhammad Mukhtar Jum’ah, tentang pemutusan
kontrak semua imam masjid yang bukan lulusan Al-Azhar.
Menurut Gamal, jumlah masjid di propinsi Fayoum mencapai 3200 masjid.
Dari jumlah itu, hanya ada sekitar 1000 masjid yang diimami oleh
lulusan Al-Azhar. Selain jumlah tersebut, diimami oleh non-lulusan
Al-Azhar. Kebijakan ini tentunya akan mengakibatkan adanya masjid-masjid
yang harus ditutup (sekitar 2200 masjid) sebelum ada imam penggantinya.
Karena selain lulusan Al-Azhar, tidak ada imam yang dibolehkan
beraktifitas.
Selama ini, demonstrasi-demonstrasi menentang kudeta selalu dimulai
dari masjid. Biasanya, demonstrasi memuncak setiap pekannya pada hari
Jumat. Orang-orang berkumpul melaksanakan shalat Jumat, lalu setelah itu
bertolak dalam pawai-pawai menuju tempat berdemonstrasi. Dari sinilah,
masjid menjadi sangat penting dalam krisis politik di Mesir. Pemerintah,
dalam hal ini Departemen Wakaf hanya bisa mengkontrol masjid-masjid
yang imamnya diangkatnya dari kalangan lulusan Al-Azhar. Karena itulah
diputuskan kebijakan bahwa setiap masjid harus diimami oleh lulusan
Al-Azhar. Selain mereka, diputus kontrak dan izinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar