Pengamat politik, Dr. Sarhan Sulaiman, mengatakan bahwa Al-Azhar
telah mengembalikan peran politiknya yang besar. Dalam sejarah, Al-Azhar
selalu menjadi penentang utama penguasa diktator. Hal ini tentu membuat
kaum pengkudeta saat ini merasa kehilangan mukanya. Demonstrasi Ini
seperti tamparan yang tepat mengenai wajah mereka yang selama ini
terbuka dan tidak mempunyai rasa malu.
Komentar ini disampaikannya dalam status yang ditulis akun
facebooknya, setelah terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan
oleh mahasiswa Al-Azhar Ahad siang (20/10/2013) kemarin. Sarhan pun
menanyakan, setelah terjadi demonstrasi yang besar ini, kenapa perdana
menteri kudeta, Hazim Bablawi dan orang-orangnya tidak mengeluarkan
pernyataan bahwa aksi terorisme kian meningkat?
Pertanyaan ini tepat disampaikan, karena dalam keyakinan rakyat
Mesir, Al-Azhar adalah benteng pemahaman Islam moderat. Pemerintah
kudeta pun menyatakan demikian; para khatib di seluruh Mesir harus
berasal dari alumni Al-Azhar, selain mereka dipaksa harus meninggalkan
mimbarnya setiap hari Jumat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar