Ahmad Abdul Aziz, mantan penasihat Presiden Mursi menceritakan
permintaan putrinya, Habibah, yang telah syahidah pada peristiwa
pembantaian Rab’ah Adawiyah.
Di situs egyptwindow.net edisi Kamis (24/10/2013) kemarin, beliau menuliskan:
“Ketika terjadi demonstrasi menggulingkan Mubarak di Bundaran Tahrir,
ada banyak anak muda yang dibunuh militer. Jenazah mereka dibuang
begitu saja di tempat sampah. Saat itu Habibah menangis dan melaknat
habis-habisan militer Husni Mubarak yang melakukan kejahatan itu.
Habibah juga menuntut untuk dilakukan qisas kepada orang-orang yang
bertanggung jawab melakukan kejahatan itu. Saat itu aku katakan
kepadanya, “Qisas saat ini mustahil dilakukan. Karena tidak ada negara
yang menghormati kedudukan manusia dan hukum.”
Mendengar hal tersebut, Habibah semakin sedih dan bertanya, “Jadi
kalau tidak ada negara, kita tidak bisa menuntut hak saudara-saudara
kita?”
Aku menjawab, “Tidak mustahil. Tapi sulit dilakukan.” Mendengar
jawabanku, dia marah, “Jadi kalau aku yang mereka bunuh, ayah tidak bisa
menuntut dilakukan qisas yang merupakan hakku? Karena tidak ada
negara?”
Aku pun mencoba menenangkannya, “Aku akan berjuang sebisaku untuk menuntut qisas yang menjadi hakmu?”
Habibah tidak puas mendengar jawabanku, “Kalau usaha sebisa mungkin itu tidak cukup untuk saat itu, bagaimana, Ayah?”
Aku mengalah, “Oke, Habibah. Aku akan melakukan hal yang mustahil,
demi kamu. Walaupun aku harus pertaruhkan nyawaku. Bukan demi kamu saja,
tapi demi semua syuhada yang telah gugur. Semuanya adalah anak-anakku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar