Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir, pada hari Senin (14/10/2013)
mengeluarkan pernyataan resminya dalam rangka menyambut Hari Raya Idul
Adha. Berikut pernyataan selengkapnya:
“Kami, Ikhwanul Muslimin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha
yang penuh berkah. Sungguh kami menginginkan ucapan selamat kali ini
benar-benar penuh dengan kebahagiaan tanpa ada kesedihan sedikitpun.
Tapi apa mau dikata, saat ini kita hidup di negeri yang diculik, dan
rakyat yang dicederai. Negeri kita telah diculik sekelompok militer.
Mereka mengkudeta pemerintah yang sah, menyia-nyiakan kehendak
rakyat yang terwujud dalam hasil lima pemilu dan referendum. Pemilu dan
referendum tersebut telah dilakukan dengan bersih, diikuti oleh puluhan
juta rakyat. Mereka memilih parlemen dan presiden sipil untuk pertama
kalinya dalam sejarah Mesir. Selain itu, mereka juga telah mensahkan
sebuah konstitusi yang sangat agung. Untuk perhelatan demokrasi itu,
negara telah menghabiskan milyaran Pounds, waktu dan tenaga yang tidak
sedikit.
Namun demikian, tiba-tiba seorang menteri pertahanan bernama
As-Sisi menghapus semua itu. Dia berlagak seperti seorang firaun yang
mengatakan, “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku
pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang
benar”. Perkataan yang melambangkan kediktatoran, yang memang sudah
digemari pemimpin Mesir sejak jaman kuno.
Tidak hanya berkhianat dan melanggar janji setianya, dia juga
telah menculik presiden, dan menahannya di tempat yang tidak diketahui.
Dia menggunakan orang-orang yang sudah mati perasaannya untuk menyusun
tuduhan-tuduhan yang diketahui semua orang sebagai sebuah kebohongan.
Dia juga telah melakukan pembantaian-pembantaian kepada rakyat.
Ribuan orang meninggal, puluhan ribu luka, dan belasan ribu meringkuk di
penjara. Pembantaian itu menggunakan senjata militer yang sebenarnya
adalah milik rakyat. Seharusnya digunakan untuk melindungi rakyat.
As-Sisi membentuk komisi untuk mengamandemen konstitusi yang telah
disahkan 64% rakyat peserta referendum. Ternyata bagian yang
diamandemen semuanya berkaitan dengan identitas Mesir, moral, pilar
keluarga, kebudayaan, dan lainnya. Ini menunjukkan permusuhan yang
sangat kentara terhadap semua hal yang berbau Islam.
Ada anggota komisi bahkan mengatakan bahwa konstitusi tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan agama. Ada juga yang mengatakan bahwa
Mesir adalah sebuah negara Arab, tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan
yang namanya umat Islam. Lebih dari itu, ada yang mengatakan bahwa
Mesir, dari awalnya sudah merupakan sebuah negara sekular.
Saat ini, ketika datang musim haji, seluruh umat Islam dari
berbagai penjuru dunia berkumpul di satu tempat dan satu waktu. Ini
membuktikan bahwa umat Islam adalah sebuah umat yang bersatu. Allah swt.
berfirman: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” Agama Islam
adalah faktor pemersatu yang paling kuat dalam masyarakat-masyarakat
Islam. Oleh karena itu, tidak ada satu pun orang yang bisa merubah
identitas masyarakat Islam, atau menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Sebenarnya Hari Raya adalah kesempatan untuk menyatukan hati-hati
umat Islam, dan menghilangkan pertikaian di antara mereka. Tapi pada
Hari Raya kali ini, kaum pengkudeta telah memecah rakyat Mesir menjadi
dua bagian. Di antara dua bagian tersebut terdapat dinding pemisah yang
sangat tebal. Dinding kebencian dan permusuhan. Padahal awalnya hanya
berupa perbedaan afiliasi politik yang bisa diselesaikan dengan
perangkat demokrasi. Namun kaum pengkudeta telah menggunakan militer
untuk menjadikan perbedaan politik tersebut menjadi pertikaian antar
saudara. Tanpa kesabaran dan kehati-hatian para penentang kudeta,
mungkin saat ini telah terjadi perang saudara yang sangat diinginkan
musuh-musuh Islam.
Pemerintahan kudeta yang sangat kejam telah merugikan rakyat dalam
segala bidang. Saat ini rakyat hidup dalam kesusahan dan perasaan tidak
aman. Terasa hilang hingar-bingar kebahagiaan Hari Raya. Mesir mundur
dalam demokrasi dan kedudukan politiknya di dunia internasional. Namun
demikian, kaum pengkudeta seakan tuli dan buta, tetap ingin meneruskan
niat buruk mereka.
Menghadapi hal tersebut, rakyat Mesir tetap teguh dan kuat,
melawan kudeta di semua tempat. Telah lebih dari 100 hari perlawanan.
Tidak akan berhenti sebelum kudeta diakhiri. Sebelum rakyat kembali
bersatu. Sebelum keamanan, kebebasan, keadilan, kebangkitan dan kemajuan
kembali dirasakan rakyat Mesir. Rakyatlah yang memiliki kekuasaan.
Itulah saat yang layak kita jadikan Hari Raya, karena telah
memberikan kebahagiaan kepada seluruh rakyat. Apakah itu akan lama
datangnya? Tidak, kedatangan hari itu sebentar lagi.
Terakhir kami mengajak seluruh Ikhwan di Mesir untuk turut
memberikan jaminan sosial kepada keluarga para syuhada, korban luka,
keluarga orang-orang yang masih dipenjara, anak-anak yatim, janda, dan
para ibu yang kehilangan anaknya. Kami mengajak seluruh Ikhwan untuk
selalu berkomunikasi dengan mereka, selayaknya kita sebagai rakyat
Mesir. Kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar