Beberapa pekan lalu, saya sempat
bertemu dengan Ir. Khairat Syatir, wakil Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin (IM).
Beliau kini ditahan bersama dengan para pemimpin IM yang lain.
Saya menanyakan tentang pertemuan
dengan dubes Amerika, dubes dan para pemimpin Eropa, yang sering disebut-sebut
media.
Beliau menekankan bahwa
pertemuan-pertemuan memang benar adanya. Tapi yang mengherankan, mereka semua
membawa misi yang sama yaitu mengusulkan agar menempatkan Baradai sebagai
perdana menteri menggantikan Hisyam Qandil.
Penempatan Baradai mereka anggap
bisa menyelesaikan krisis politik yang terjadi saat itu. Kiranya Barat belum
siap untuk kehilangan pengaruh pada posisi-posisi yang vital. Misalnya posisi
perdana menteri, jaksa agung, dan lainnya.
Bahkan dalam konstitusi yang baru
(yang sekarang dibekukan otoritas kudeta), posisi perdana menteri memang
mempunyai kewenangan yang sangat luas, bahkan melebihi seorang presiden.
Jika pos-pos itu ditempati oleh
orang-orang yang mau bekerja sama dengan Barat, tentunya keadaan akan sangat
berubah. Walaupun tidak sama persis dengan masa rejim Mubarak.
Saat itu saya tanyakan kepada Ir.
Khairat tentang jawaban terhadap tawaran mereka. Jawaban beliau,
masalah-masalah seperti itu bukan wilayah kami, bahas saja dengan presiden.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/18/36913/ahmad-mansur-kenapa-memaksakan-harus-baradai/#ixzz2ZqD2QZvp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar