Tuntutan oposisi Mesir dalam unjuk
rasa 30 Juni adalah menjatuhkan Presiden terpilih Muhammad Mursi dan menggelar
percepatan pemilu dini presiden. Mereka beralasan mendapatkan dukungan
tandatangan dari 22 juta orang meminta Mursi mundur dan berkolaborasi dengan
pengikut rezim lama.
Sebaliknya, ratusan ribu pendukung
Mursi berkumpul di medan Rabiah Al-Adawiyah mendukung konstitusi yang mengklaim
juga mengumpulkan tandatangan mendukung presiden Mursi.
Sejumlah kelompok pun dilibatkan
menciptakan kerusakan. Kelompok ini ditengarai dijalankan oleh tangan-tangan
dalam dan asing yang memiliki kepentingan menghancurkan Mesir dan menciptakan
chaos untuk menekan lembaga militer intervensi dan mengambil alih serta
menurunkan Muhammad Mesir. Setelah itu Dewan Militer baru akan dibentuk untuk
menyiapkan pemilu presiden dan masa transisi.
Mobilisasi dan mobilisasi tandingan
semacam ini membuat institusi militer dihadapkan pada situasi sulit. Apakah
mereka akan mendukung konstitusi atau aspirasi rakyat atau mendukung oposisi.
Tim Abdul Fattah As-Sisi menyatakan akan melindungi lembaga-lembaga negara dan
militer tidak akan memperkenankan adanya perusakan dan kekerasan.
Jadi, yang menentukan nasib Mursi
adalah lembaga militer. Masing-masing kelompok antara pendukung Mursi dan
oposisi menunjukkan mereka paling mendapatkan simpati rakyat dan paling solid
yang layak didukung militer. Lantas kepada siapa lembaga militer Mesir
berpihak, kepada Mursi dan bagaimana masa depan Mesir?
Ideology instansi militer Mesir
tidak mengenal intervensi terhadap urusan politik internal hanya untuk
kepentingan keamanan nasional. Intervensi akan dilakukan jika dalam kondisi
darurat tingkat tinggi demi menjaga kesatuan masyarakat Mesir dan menjaga
sumber daya dan lembaga-lembaga negara. karena itu, sikap instansi militer
terkait dengan laporan perkembangan harian.
Soal mundurnya presiden Mursi,
menurut Husam Dajni pengamat politik Mesir menegaskan, bukan lah hal mudah.
Preisiden Muhammad Mursi adalah presiden pertama dari kalangan sipil yang
terpilih dalam pemilu. Ia lahir dari rahim Jamaah Ikhwanul Muslimin, gerakan
Islam politik terbesar di dunia dan gerakan politik paling sistematis di Mesir
dan paling disiplin. Mursi memiliki tiga titik kekuatan yang menjadikannya
sulit dijatuhkan:
1. Legalitas konstitusional;
sebab ia terpilih secara sah berdasarkan hukum dan undang-undang. Lembaga
militer dan kepolisian berada di belakang Mursi menjaga legalitas konstitusi
itu.
2. Legalitas rakyat; sebab
didukung oleh jutaan rakyat dari berbagai gerakan, partai Islam, non Islam
terutama Jamaah Ikhwanul Muslimin. Sehingga Mursi akan mampu mengendalikan
public dan mampu berlindung di belakang militer dan rakyat.
3. Kekuatan revolusi. Presiden
Mursi adalah pemimpin yang lahir dari gerakan revolusi 25 Januari. Ia termasuk
tokoh paling getol melawan rezim lama Hosni Mubarak.
Masa depan Mesir dalam bahaya. Sebab
oposisi menolak dialog. Pemerintah menghadapi tantangan besar yang sebagiannya
diungkap Mursi pada 26 Juni lalu. Rakyat hidup dalam krisis bertubi-tubi yang
menyentuh kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang memprediksi akan terjadi
perang saudara di Mesir yang tidak diketahui kapan berakhir. Solusi ideal tentu
adalah dialog dan lembaga militer harus memaksa oposisi Mesir duduk dengan
Mursi dan partai pendukungnya.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/02/36068/mesir-mau-ke-mana/#ixzz2Y8ituvGU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar