Abdul Bari ‘Athwan, editor Al-Quds
Al-‘Arabi London, menuliskan dalam halaman facebooknya kejadian-kejadian
penting yang berlangsung di Departemen Pertahanan selama 72 jam sebelum
kejadian pembantaian Garda Republik.
Suatu saat nanti kita pasti akan
menceritakan kisah tentang para pahlawan Mesir, dari kalangan intelijen dan
pengawal pribadi As-Sissi, yang menyampaikan kepada kami tentang
kejadian-kejadian yang mengawali tragedi subuh. Mereka adalah orang-orang dalam
yang tidak setuju dengan ide kudeta.
-1- Jumat, pukul 21.00 malam, kantor Departeman
Pertahanan.
Terjadi pertemuan antara As-Sissi dengan para pemimpin
angkatan bersenjata, tanpa kehadiran panglima kedua yang mengurus lapangan,
karena kondisi yang sangat berat di kota-kota propinsi Qana.
Pertemuan tersebut berlangsung selama 3 jam.
Kesimpulannya, harus melakukan perundingan dengan Presiden Mursi. Perundingan
adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis yang sedang terjadi. Yang diberi
tugas untuk berunding adalah kepala staf angkatan bersenjata, Jenderal Shidqi
Shubhi dan pemimpin angkatan udara, Jenderal Yunus Sayid Hamid Al-Mishri.
-2- Pukul, 02.00 dini hari.
Jenderal Shidqi Shubhi dan Jenderal Yunus Sayid Hamid
Al-Mishri berangkat ke mabes Garda Republik untuk menemui Presiden Mursi.
Mereka memberikan beberapa opsi. Pertama adalah
presiden Mursi mengumumkan pengunduran dirinya secara resmi. Opsi ini ditolak
mentah-mentah oleh Mursi.
Kedua, Mursi kembali menjadi presiden, tapi dengan
syarat mengangkat Baradai sebagai perdana menteri yang mempunyai otoritas luas
dalam bidang politik dan ekonomi, tanpa bisa diintervensi oleh presiden. Selain
itu, presiden juga tidak boleh mengurus masalah militer dan persenjataannya.
Menanggapi opsi ini, Presiden Mursi hanya tertawa dan
berkata, “Maaf, kalian hanya membuang kesempatanku untuk melaksanakan shalat
tahajjud.” Mendapat jawaban itu, Jenderal Shubhi marah besar dan membentak
presiden. Dia mengancam, “Demi Allah, kami akan membunuh kalian satu
persatu. Akan terjadi banjir darah… Kematianmu dan kehancuran jamaahmu jauh
lebih dekat dari yang kau bayangkan.”
-3- Sabtu, pukul 07.00.
Pertemuan antara As-Sissi dengan seluruh pemimpin
militer. Pertemuan untuk mendengar dan membahas laporan intelijen militer.
Laporan menyebutkan kondisi yang sangat berat di markas-markas militer. Banyak
sekali personil militer yang melakukan protes. Saat itu panglima ketiga untuk
lapangan, Letnan Jenderal Usamah Askar menngkritik keputusan As-Sissi yang
sangat tergesa-gesa. Kritikan itu membuat As-Sissi marah besar sambil
berteriak-teriak. Dia marah kepada semua yang hadir saat itu. Adu mulut di
antara mereka tidak bisa dihindari. Tidak ada lagi perasaan canggung atau
sungkan yang disebabkan pangkat dan kedudukan. Akhirnya pertemuan berakhir
tanpa hasil apa-apa.
-4- Sabtu, pukul 12.00
As-Sissi melakukan pertemuan dengan Jenderal Shidqi
dan Jenderal Ahmad Abu Dahab, kepala bagian mental. Pertemuan itu untuk mendengarkan
usulan dan ide intelijen militer, pengaturan kembali masalah media, demonstrasi
tandingan pada hari Ahad, konsentrasi media pada menuduh IM berkhianat,
menghubungkan IM dengan aksi terorisme, membuka sejarah gelap IM, dan kordinasi
dengan Departemen Dalam Negeri untuk membuat aksi kerusuhan beserta penentuan
titik-titik, bentuk, dan dokumentasi video kerusuhan-kerusuhan tersebut.
-5- Ahad, pukul 17.00
Intelijen militer memberikan laporan kepada As-Sissi
bahwa kondisi semakin sulit. Bahwa demonstrasi yang digalang IM semakin besar.
Selain itu, IM mendapatkan simpati yang luas dari masyarakat. Hari ini saja,
tambahan jumlah demonstran di Rabea Adawea antara 750 ribu hingga 900 ribu
orang. Jumlah mereka sekarang sekitar 1.5 juta demonstran.
Laporan juga menyebutkan bahwa tekanan dari luar
negeri juga semakin besar, karena mereka tidak setuju dengan perkembangan
terakhir di Mesir ini.
Hal paling membahayakan adalah laporan bahwa banyak
sekali perwira militer yang meyakini bahwa militer harus segera mengambil sikap
keluar dari krisis ini, dengan resiko apapun.
-6- Ahad, pukul 22.00
Jenderal Mamdouh shaheen menelepon Muhammad Badii’,
Mursyid ‘Am IM, mengajak beliau untuk berunding. Ajakan itu ditolak oleh
Muhammad Badii’. Beliau mengatakan, tidak akan bersedia berunding dengan
siapapun selagi kalian masih menahan Mursi, presiden kami dan presiden kalian
juga. Silahkan kalian berunding dengannya saja.
-7- Ahad, 24 – Senin pagi.
Jenderal Subhi menemui Presiden Mursi. Menyampaikan
bahwa sudah ratusan anggota IM yang mati syahid di tangan polisi dan preman,
sedangkan militer belum turun tangan.
Lalu dia mengancam, “Kalau kamu tetap keras kepala,
kami akan menyembelih kalian semua. Keadaan juga akan tambah sulit. Kamu tidak
punya pilihan selain kami rekam pengunduranmu, atau kamu kembali menjadi
presiden dengan syarat-syarat yang pernah kusampaikan. Kalau kamu tidak memilih
salah satu, maka bayarannya adalah darahmu dan darah para pendukungmu.”
(kata-kata ancaman ini dinukil secara harfiah)
Presiden Mursi menjawab, “Kalau aku terima
tawaranmu hari ini, setelah banyak orang yang meninggal, dan setelah engkau
menceritakannya kepadaku, maka artinya aku telah mengkhianati mereka. Aku telah
mengkhianati pengorbanan jiwa mereka. Aku telah mengkhianati sumpahku kepada
Allah dan seluruh rakyat. Kalau aku terima tawaran kalian, maka negeriku ini
tidak lagi mempunyai masa depan di bawah kekuasaan kalian… Sebaiknya kalian
bunuh aku saja. Itu lebih ringan bagiku.”
-8- Senin, pukul 02.00 pagi
Pertemuan antara Jenderal As-Sissi, Jenderal Subhi,
panglima Garda Republik, dan kepala bagian operasi militer Letnan Jenderal
Muhsin Syadzili. Mereka bersepakat, harus melakukan peristiwa besar berdarah,
dengan harapan semua pihak akan bersedia untuk melakukan perundingan.
Informasi yang sama kepada kami hanya sampai di sini.
Tidak diketahui bagaimana pelaksanaan operasi militer tersebut. Sampai pada
hari Senin subuh kita semua mendengar peristiwa berdarah tersebut adalah
pembantaian demonstran yang sedang melaksanakan shalat. Puluhan korban mati
syahid, di antaranya anak-anak dan ibu-ibu.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/10/36521/peristiwa-peristiwa-yang-tidak-diungkap-media-72-jam-sebelum-tragedi-subuh-berdarah/#ixzz2YtsZPCy7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar