Kecaman terhadap pembantaian di
Mabes Garda Republik terus mengalir dari berbagai pihak. Namun pemberitaan oleh
media resmi Mesir justru mengaburkan opini publik dan memutar balikkan fakta.
Surat kabar Newyork Times (NT)
kemarin memberitakan pembantaian yang terjadi di mabes Garda Republik, dan
bagaimana media resmi Mesir menyesatkan opini publik dan menciptakan kekacauan.
Misalnya, ketika jatuh empat korban
dari kalangan demonstran di depan mabes Garda Republik pada hari Jumat kemarin,
televisi Mesir malah menayangkan acara tentang menghormati lanjut usia.
Kemudian televisi channel 2 menyiarkan penyataan seorang perwira polisi bahwa
kepolisian bekerja siang-malam untuk menjaga keselamatan semua orang.
Harian NT juga menyebutkan bahwa
para aktivis Islam dan pendukung Presiden Mursi berusaha sedemikian rupa
menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat seluas-luasnya. Hal ini
setelah militer secara cepat menutup semua media-media Islam yang ditengarai
mendukung Presiden Mursi. Selain itu, stasiun-stasiun televisi pemerintah pun
dilarang meliput demonstrasi pendukung Mursi. Sehingga gelombang besar
demonstrasi mereka tidak diketahui rakyat Mesir, kecuali melalui media
internet.
Selain itu, militer juga menuduh
media-media asing dengan istilah “salah informasi”. Salah satu awak CNN ditahan
dan disita kamera nya. Dan ketika BBC menyiarkan bahwa banyak demonstran damai
jatuh menjadi korban di tangan militer, maka harian Al-Ahram melansir
pernyataan salah satu sumber militer bahwa media asing memprovokasi masyarakat
dan mengadu mereka dengan militer.
Bahkan menurut pengakuan salah
seorang koresponden media Mesir, dirinya dipaksa pemimpin redaksi untuk tidak
meliput demonstrasi pendukung Mursi. Kalaupun mempublikasikan, maka harus
menyatakan bahwa yang membuat kerusuhan adalah kalangan aktivis Islam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/09/36502/newyork-times-media-mesir-membalikkan-fakta-dan-menciptakan-kekacauan/#ixzz2YWKZGVHB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar