Hari Senin, 22 Juli 2013, seorang
tahanan bernama Muhammad Dhiya’uddin menceritakan kisahnya ketika ditahan
militer pengkudeta.
“Orang yang baik-baik berdirinya di
sebelah sini.” Begitulah
seorang perwira memberi komando kepada para preman, setelah mereka menangkapi
kami.
Saat itu, kamilah orang yang buruk.
Sedangkan para preman itu orang-orang yang terhormat. Apa sebabnya? Hanya
karena kami berjenggot.
Saat itu, ada 56 orang yang
ditangkapi karena mereka berjenggot. Sebagian besarnya ditangkap dari tempat
yang sangat jauh dari lokasi demonstrasi. Kita semua ditangkap ketika polisi
melihat kami berjenggot.
Beberapa di antara kami ditangkap
setelah diserang oleh para preman. Preman-preman itu menyerang kami dengan
senjata tajam, sehingga beberapa dari kami terluka parah. Setelah kami
diserang, datanglah polisi yang langsung menangkapi kami, bukan menangkapi
preman yang bersenjata dan menyerang kami.
Tangan kami diborgol dari belakang.
Entah berapa banyak kata-kata kotor keluar dari mulut mereka, menghina kami dan
agama kami. Di atas mobil pun mereka sempat memukuli kami. Bahkan salah seorang
dari kami diguyur dengan bensin, hamper saja dia dibakar hidup-hidup.
Sampai di kantor polisi, bermunculan
lah tuduhan-tuduhan yang tidak pernah kami lakukan. Kadang lucu dan
menggelikan. Karena memang petugas keamanan di negara ini ternyata adalah para
preman itu. Di tangan para preman itulah keamanan negara ini diatur.
Bermacam-macam tuduhan yang diarahkan kepada kami. Ada tuduhan membunuh 20
orang demonstran, tuduhan berencana membunuh 150 orang, tuduhan membakar kafe,
dan yang lebih dagelan lagi tuduhan mencuri.
Sebagian besar tuduhan adalah
menyerang petugas keamanan. Siapa yang mereka maksud dengan petugas keamanan?
Apakah para preman bersenjata pedang dan senjata api itu? Atau para polisi yang
membombardir kami dengan senjata-senjata canggihnya sehingga kami tidak bisa
berbuat apa-apa untuk mempertahankan diri?
Ada seorang yang sangat terzhalimi.
Dia bernama H. Muhammad Abbas. Hari itu dia bekerja di sebuah tokonya.
Tiba-tiba dia sakit dan jatuh sehingga kakinya terluka. Salah seorang anaknya
memberhentikan taksi di jalan untuk membawanya ke rumah sakit. Taksi berjalan
melalui lokasi Sidi Jabir yang dijadikan pusat demonstrasi di kota Alexandria.
Saat itu sopir taksi takut, akhirnya mereka diturunkan di jalan. Seorang yang
sedang sakit ditemani dua anaknya itu berada di pinggir jalan, ketika
polisi-polisi itu datang dan menangkap mereka. Di dalam sel, kami melaporkan
bahwa Pak Abbas sakit pembengkakan otot jantung, tapi polisi tetap tidak mau tahu.
Sehingga beliau dan dua anaknya pun harus tetap di dalam tahanan.
Yang lucu, di antara tahanan yang
berjumlah 56 orang itu ada yang merokok dan kecanduan obat-obatan terlarang.
Kenapa mereka ditangkap juga? Karena mereka berjenggot, atau lebih tepatnya
karena ada rambut di mukanya. (msa/sbb/dkw)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/07/24/37153/kisah-kisah-dari-tahanan-kudeta/#ixzz2ZwYqlC6w
Tidak ada komentar:
Posting Komentar