Puluhan juta rakyat Mesir kemarin
Jumat (5/7) turun ke jalan menuntut dikembalikannya legitimasi Mursi sebagai
pemerintahan sah yang di kudeta militer pada Rabu (3/7) lalu. Mayoritas rakyat
Mesir dari kubu Islamis dan pendukung presiden Mursi ini menamakan aksi mereka
dengan Jum’ah Ghadhab 2 (Jum’at Kemarahan jilid2). Mereka
menuntut Dewan Militer (SCAF) melepaskan kekuasaan inkonstitusional-nya
dan mengembalikannya kepada presiden terpilih DR. Muhammad Mursi.
Di Kairo, lautan massa berpusat di
Rabea el Adawea, Nasr City, lapangan Nahdah Universitas Kairo dan beberapa
titik lain. Hingga semakin sore jumlah demonstran yang menyatakan protes
terhadap kudeta militer terus bertambah. Jutaan pendemo terus berdatangan dari
seluruh penjuru Kairo, bahkan dari provinsi-provinsi lain, seperti Alexandria,
Al Menia, Fayyoum dan lain-lain ke pusat-pusat demonstrasi di Kairo. Reaksi
yang sama juga terjadi di berbagai provinsi bahkan beberapa daerah di pinggir
perbatasan juga dikabarkan mengancam akan memerdekakan diri.
Sementara itu, pihak militer Mesir merespon aksi
protes ini dengan mengerahkan tank-tank ke jalan-jalan seputar lokasi demo.
Sekitar belasan pesawat dan jet tempur berputar-putar di atas Kairo sejak
Jum’at pagi
Di luar Kairo, demonstrasi berlangsung ricuh antara
demonstran dengan militer. Militer menggunakan senjata api untuk
membubarkan para pendemo. Di Alexandria, belasan orang terbunuh dan
ratusan lainnya luka-luka akibat serangan militer yang ingin membubarkan aksi
demonstrasi. Di Matruh dan Asyut, puluhan orang juga tewas akibat serangan
militer. Sementara di Kairo sendiri telah terjadi aksi bentrok antara
demonstran dengan sejumlah preman dan polisi berpakaian preman di jembatan 6 Oktober
dan Maspero.
Setidaknya 30 orang dilaporkan meninggal dunia dan
ratusan luka-luka sejak terjadi bentrokan Jum’at siang di sejumlah tempat.
Pihak Washington dan PBB menyerukan agar pihak-pihak yang bertikai segera
mengakhiri kekacauan.
Semenjak dikeluarkan pernyataan Dewan Militer pada
Rabu lalu Mesir kembali panas dan menegangkan. Pendukung Mursi yang tadinya
memilih cara damai menghadapi kekerasan oposisi akhirnya melakukan perlawanan.
Terlebih setelah militer telah menangkapi beberapa tokoh kunci IM, menutup
stasiun-stasiun televisi dan media cetak yang dianggap tidak memihak terhadap
kudeta militer. Media tidak diizinkan meliput aksi demo pendukung Mursi
sehingga kondisi mereka tidak bisa dipantau selama beberapa waktu.
Beberapa pejabat pemerintahan menyatakan pengunduran
diri sebagai aksi protes terhadap kudeta Militer. Menteri Kebudayaan Mesir,
Ala’ Abdul Aziz dilaporkan menyatakan pengunduran dirinya menolak kudeta
militer. Bahkan di tubuh militer sendiri dikabarkan terjadi pro kontra.
Panglima angkatan darat meminta Sisi mencabut kudeta, demikian juga kepala
intelijen Rif’at Sehata juga meminta Sisi menghentikan kudeta yang dianggap
lelucon ini.
Kudeta militer yang dipandang telah menciderai
demokrasi dan mengkhianati suara mayoritas rakyat Mesir ini akhirnya membuka
perseteruan tajam di jalan-jalan Mesir. Pihak pendukung Mursi nyatakan pihaknya
tidak akan menyerahkan legitimasi dan tidak akan berhenti sampai Mursi kembali
duduk sebagai presiden. Mereka mulai mengepung beberapa tempat seperti markas
Paspampres dan berupaya mengepung gedung departemen pertahanan. Dikhawatirkan
jika militer tidak mengindahkan seruan ini akan terjadi perlawanan yang lebih
besar dan mengancam ketahanan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar