Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan
pernyataan sikapnya atas pembantaian yang terjadi di Kairo pada kamis
(15/8) malam.
Menanggapi tuduhan Amerika telah memihak Presiden
Mursi, Obama mengatakan bahwa tuduhan tersebut tidak akan membawa
kemajuan bagi rakyat Mesir.
Obama menekankan bahwa masa depan Mesir berada di tangan rakyat Mesir sendiri. Tidak bisa menggantungkan pada pihak luar.
Seperti
kita ketahui, seusai melakukan pembantaian besar-besaran di Rab’ah dan
Nahdha, pemerintah menetapkan kondisi gawat darurat yang di antaranya
berisi aturan jam malam. Hal ini akan menambah suasana genting, dan
pelanggaran HAM. Oleh karena itu, Obama mengatakan, “Kami menyerukan
agar keadaan darurat di Mesir segera dihapuskan.”
Sebagai salah
satu sikap Amerika, Obama juga menyampaikan bahwa kesepakatan latihan
militer dua negara, Mesir-Amerika sementara ini dibatalkan.
Selain
mengecam keras sikap pemerintah Mesir dalam menghadapi para demonstran.
Obama juga merasa khawatir dengan perkembangan yang akan terjadi di
Mesir beberapa waktu mendatang.
Dari pihak pendukung Presiden
Mursi, Dr. Ahmad Arif, juru bicara Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa
sangat jelas adanya keterlibatan Amerika dalam kudeta 3 Juli. Oleh
karena itu, pernyataan Obama seperti itu hanyalah pembagian peran dalam
panggung internasional.
Arif menuntut militer untuk melaksanakan
tugasnya sesuai dengan konstitusi, yaitu berlatih dan berjaga-jaga di
perbatasan untuk melindungi negara. Bukan diperalat kekuasaan demi
kepentingan politik. Saat ini militer telah terjun ke sebuah peperangan
fiktif. Peperangan yang dibuat-buat oleh media penyebar fitnah.
Terakhir
beliau tidak berharap banyak kepada Amerika, “Rakyat Mesir sendiri yang
akan membuat seluruh dunia menghormati pendapat dan tuntutannya
menggulingkan kudeta militer berdarah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar